Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Selasa, 25 September 2012

Wajibnya Mengutamakan Kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya

بسم الله الرحمن الرحيم

Di antara konsekuensi terpenting yang harus diamalkan oleh seorang yang mengaku beriman kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم adalah mengutamakan kecintaan kita terhadap Allah ta’ala dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم di atas kecintaan kita kepada selain keduanya, meskipun itu terhadap diri kita, orang tua, ataupun anak-anak kita.

Dalil atas perkara ini terdapat di dalam Al Qur`an, hadits, dan atsar. Berikut ini kami nukilkan beberapa dalil yang menerangkan tentang perkara ini.

1. Firman Allah ta’ala:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tandingan-tandingan yang mana mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” [QS Al Baqarah: 165]

2. Firman Allah ta’ala:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [QS At Taubah: 24]

3. Hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai diriku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” [HR Al Bukhari (15) dan Muslim (44)]

4. Hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Ada tiga perkara, barangsiapa yang ketiganya ada pada dirinya maka dia akan mendapatkan manisnya iman. (Tiga perkara tersebut adalah) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang -tidak mencintainya melainkan- karena Allah, dan membenci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” [HR Al Bukhari (16) dan Muslim (43)]

5. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, berteman karena Allah, dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya kecintaan Allah hanya dapat diperoleh dengan cara tersebut. Seorang hamba tidak akan dapat merasakan kelezatan iman -meskipun banyak shalat dan puasanya- sampai dia bisa menjadi seperti itu. Sungguh hubungan persaudaraan kebanyakan manusia adalah berdasarkan kepentingan duniawi dan itu sama sekali tidak bermanfaat apapun bagi pelakunya.” [Riwayat Ibnul Mubarak (303) dan Ibnu Abi Syaibah (13/368). Sanadnya lemah]

والحمد لله رب العالمين

Sumber: Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Kitabut Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab An Najdi rahimahullah dengan tahqiq Radman bin Ahmad Al Hubaisyi.

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !