tag:blogger.com,1999:blog-42110363252176630772024-02-09T00:41:31.038+07:00Dakwah Al Quran dan As SunnahMendakwahkan Al Quran dan As Sunnah dengan Pemahaman Generasi Terbaik UmatDakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comBlogger24125tag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-87208625397565303042014-10-11T09:27:00.004+07:002014-10-11T09:28:27.135+07:00Adab-Adab Penghafal Al Qur`an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Setelah pada <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pengajar-al-quran.html" target="_blank">tulisan pertama</a> dan <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pelajar-al-quran.html" target="_blank">kedua </a>kami telah menyampaikan adab-adab seorang pengajar dan pelajar Al Qur`an, maka pada tulisan kali ini, kami akan menyampaikan beberapa adab bagi seorang penghafal Al Qur`an. Adab-adab ini merupakan ringkasan dari kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi rahimahullah dengan perubahan seperlunya yang tidak sampai mengubah makna yang diinginkan penulis, insya Allah.<br />
<br />
Sebagian adab-adabnya telah disebutkan pada bab yang sebelum ini (<a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pengajar-al-quran.html" target="_blank">pertama </a>dan <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pelajar-al-quran.html" target="_blank">kedua</a>). Di antara adab-adabnya yang lain adalah:<br />
<br />
<b>PERTAMA: </b>Memiliki kepribadian yang mulia dan menjauhkan dirinya dari segala apa yang dilarang oleh Al Qur`an sebagai bentuk pemuliaan terhadapnya. Menjaga diri dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, menjauhi para pencari dunia yang bersikap angkuh dan kasar, rendah hati terhadap orang-orang shalih, orang-orang baik, dan kaum miskin, serta bersikap khusyuk dan tenang.<br />
<a name='more'></a><br />
Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Wahai para penghafal Al Qur`an, tegakkanlah kepala kalian karena sesungguhnya jalan (kebenaran) telah jelas bagi kalian, berlombalah di dalam kebaikan, dan janganlah kalian bergantung kepada manusia.”<br />
<br />
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian melihat Al Qur`an sebagai risalah dari Rabb mereka. Oleh karena itu, mereka men-tadabburinya di malam hari dan mengamalkannya di siang hari.”<br />
<br />
Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Sepatutnya para penghafal Al Qur`an tidak memiliki kebutuhan apapun kepada para penguasa dan orang-orang yang di bawah mereka.”<br />
<br />
Dia juga berkata: “Orang yang membawa Al Qur`an adalah pembawa bendera Islam. Tidak sepantasnya dia bermain-main bersama orang yang bermain-main, lalai bersama orang yang lalai, dan berbicara yang tidak baik bersama orang yang berbicara tidak baik, sebagai bentuk pengagungan terhadap hak Al Qur`an.”<br />
<br />
<b>KEDUA: </b>Tidak menjadikan Al Qur`an sebagai sumber penghasilan. Dari Abdurrahman bin Syibl radhiallahu ‘anhu, Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، وَلَا تَأْكُلُوا
بِهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا تَغْلُوا فِيهِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Bacalah Al Qur`an. Janganlah kalian (mencari) makan dengannya, janganlah kalian menjauhinya, dan jangan pula kalian bersikap berlebihan terhadapnya.”</i> [HR Ahmad (3/428). Hadits shahih.]<br />
<br />
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> :<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">اقْرَءُوا الْقُرْآنَ قَبْلَ أَنْ
يَأْتِيَ قَوْمٌ يُقِيمُونَهُ إِقَامَةَ الْقَدَحِ، يَتَعَجَّلُونَهُ وَلَا يَتَأَجَّلُونَهُ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Bacalah Al Qur`an sebelum muncul suatu kaum yang menegakkannya seperti menegakkan gelas, mereka menyegerakan (ganjaran)nya (di dunia) dan tidak mau menundanya.”</i> [HR Abu Daud (830). Hadits shahih.]<br />
<br />
Maknanya: mereka menyegerakan ganjarannya, baik dalam bentuk harta, sum’ah, ataupun yang sejenisnya.<br />
<br />
Saya (peringkas) katakan: Makna “menegakkannya” adalah mereka berusaha membaguskan lafazh-lafazh dan kalimat-kalimatnya dan membebani diri-diri mereka di dalam memperhatikan makhraj-makhraj dan sifat-sifat huruf. Adapun makna “seperti menegakkan gelas” adalah mereka berusaha menyempurnakan bacaan secara berlebihan dengan tujuan riya`, sum’ah, berbangga diri, dan mencari ketenaran. Demikian disimpulkan dari kitab ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud (3/42).<br />
<br />
Adapun tentang hukum mengambil upah dari mengajar Al Qur`an, ulama berselisih pendapat dalam hal ini. <b>Pendapat pertama:</b> tidak boleh mengambil upah darinya. Ini adalah pendapat Az Zuhri dan Abu Hanifah. <b>Pendapat kedua: </b>boleh mengambil upah jika tidak mensyaratkannya. Ini adalah pendapat Al Hasan Al Bashri, Asy Sya’bi, dan Ibnu Sirin. <b>Pendapat ketiga:</b> Boleh mengambil upah meskipun dia mensyaratkannya, sepanjang dia melakukannya dengan alasan dan cara yang benar. Ini adalah pendapat ‘Atha`, Malik, dan Asy Syafi’i.<br />
<br />
<b>KETIGA:</b> Hendaklah dia menjaga kebiasaan membaca Al Qur`an dan banyak membacanya. Para salaf radhiallahu ‘anhum memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam lama waktu mengkhatamkan bacaan Al Qur`an.<br />
<br />
Akan tetapi hal ini berbeda-beda menurut keadaan seseorang. Barangsiapa yang hanya bisa memahami Al Qur`an dengan pemikiran yang mendalam, maka hendaknya dia membatasi bacaannya sesuai dengan batas pemahamannya. Begitu pula bagi orang yang disibukkan dengan menyebarkan ilmu atau urusan agama yang lainnya dan kepentingan kaum muslimin secara umum maka hendaklah dia membatasinya sebatas tidak sampai menerlantarkan tugasnya. Adapun jika dia bukan termasuk golongan yang tersebut di atas, hendaklah dia memperbanyak bacaannya sepanjang tidak menimbulkan kejenuhan atau terburu-buru.<br />
<br />
Sebagian ulama terdahulu tidak menyukai mengkhatamkan Al Qur`an dalam waktu satu hari dan satu malam berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">لَا يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ
فِي أَقَلِّ مِنْ ثَلَاثٍ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Orang yang membaca (menamatkan) Al Qur`an dalam waktu kurang dari tiga hari tidaklah dapat memahaminya.”</i> [HR Abu Daud (1394). Hadits shahih.]<br />
<br />
<b>KEEMPAT: </b>Hendaklah dia lebih banyak membaca Al Qur`an di malam hari dan terlebih utama lagi di shalat malam. Alasannya adalah karena pada waktu itu lebih mudah bagi hati untuk berkonsentrasi, jauh dari berbagai hal yang menyibukkan dan melalaikan, lebih terjaga dari timbulnya riya`.<br />
<br />
<b>KELIMA: </b>Hendaklah dia menjaga hafalan Al Qur`annya dan jangan sampai melupakannya. Telah diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu dari Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> , beliau bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ. فَوَالَّذِي
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Jagalah Al Qur`an ini. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh ia lebih mudah lepas daripada unta yang berada di dalam tali kekangnya.”</i> [HR Al Bukhari (5033) dan Muslim (791)]<br />
<br />
Demikianlah beberapa adab bagi penghafal Al Qur`an yang disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Adapun adab-adab bagi pengajar Al Qur`an silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pengajar-al-quran.html" target="_blank">di sini</a> dan adab-adab bagi pelajar Al Qur`an silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pelajar-al-quran.html" target="_blank">di sini</a>.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-67242155873501601142014-10-11T08:14:00.003+07:002014-10-13T06:58:19.463+07:00Adab-Adab Pelajar Al Qur`an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Pada <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pengajar-al-quran.html" target="_blank">tulisan pertama</a>, kami telah menyampaikan adab-adab seorang pengajar Al Qur`an. Pada tulisan kali ini, kami akan menyampaikan adab-adab bagi seorang pelajar Al Qur`an. Adab-adab ini merupakan ringkasan dari kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi rahimahullah dengan perubahan seperlunya yang tidak sampai mengubah makna yang diinginkan penulis, insya Allah.<br />
<br />
Seluruh adab-adab pengajar yang telah disebutkan juga merupakan adab-adab bagi pelajar. Di antara adab-adab pelajar lainnya adalah:<br />
<br />
<b>PERTAMA:</b> Menjauhi hal-hal yang dapat menyibukkan dari pelajaran, kecuali perkara yang memang harus dilakukan karena kebutuhan.<br />
<a name='more'></a><br />
Hendaklah dia membersihkan hatinya dari kotoran agar dapat dengan mudah menerima Al Qur`an, menghafalnya, dan mendapatkan manfaatnya. Telah diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah <b>صلى</b> <b>الله عليه وسلم</b> bahwasanya beliau bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Ketahuilah sesungguhnya di tubuh itu terdapat sepotong daging, bila ia baik maka baiklah seluruh tubuh dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah ia itu adalah jantung (hati).”</i> [HR Al Bukhari (52) dan Muslim (1599)]<br />
<br />
Sungguh bagus ucapan seseorang: “Hati itu menjadi baik dengan ilmu, sebagaimana bumi itu menjadi baik dengan tanaman.”<br />
<br />
Hendaklah dia bersikap rendah hati terhadap gurunya dan beradab baik terhadapnya meskipun gurunya lebih muda usianya, tidak terkenal, lebih rendah nasabnya, lebih kurang keshalihannya, dan lain sebagainya. Dengan bersikap rendah hati terhadap ilmu, maka dia akan mendapatkannya. Ada yang mengatakan:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">الْعِلْمُ حَرْبٌ لِلْفَتَى الْمُتَعَالِي</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;"> <span dir="RTL" lang="AR-SA">كَالسَّيْلِ حَرْبٌ لِلْمَكَانِ الْعَالِي</span><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>Ilmu itu jauh dari seorang pemuda yang tinggi hati</i><br />
<i> laksana banjir yang jauh dari tempat yang tinggi</i><br />
<br />
<b>KEDUA:</b> Janganlah belajar melainkan kepada guru yang ahli, tampak keshalihannya, berilmu, dan menjaga ilmunya.<br />
<br />
Muhammad bin Sirin, Malik bin Anas, dan ulama salaf lainnya berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”</i><br />
<br />
<b>KETIGA: </b>Hendaklah dia menemui gurunya dalam keadaan yang sempurna, bersih sebagaimana yang disebutkan pada adab-adab pengajar, mensucikan mulut dengan siwak, tidak masuk tanpa meminta izin bila gurunya berada di tempat yang membutuhkan izin, mengucapkan salam kepada orang-orang yang telah hadir ketika dia masuk, dan mengucapkan salam jika keluar.<br />
<br />
Janganlah dia melangkahi pundak orang lain, akan tetapi hendaklah dia duduk di bagian akhir majelis, kecuali jika dia diizinkan oleh guru untuk maju. Janganlah dia membuat orang lain bangun dari tempat duduknya. Janganlah dia duduk di tengah lingkaran kelompok kecuali dalam keadaan mendesak. Jangan pula dia duduk di antara dua orang tanpa izin dari keduanya. Jika mereka melapangkan tempat untuknya, maka barulah dia duduk.<br />
<br />
<b>KEEMPAT: </b>Hendaklah dia berperilaku baik terhadap teman-temannya dan orang-orang yang hadir di majelis gurunya karena itu merupakan adab terhadap guru dan penghormatan terhadap majelisnya. Hendaklah dia duduk di hadapan gurunya dalam posisi duduk seorang murid, bukan posisi duduk seorang guru. Tidak mengeraskan suaranya tanpa ada keperluan, tidak tertawa, tidak memperbanyak bicara tanpa ada keperluan, tidak berbuat yang sia-sia dengan tangannya atau yang lainnya, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa ada keperluan, akan tetapi hendaklah dia menghadap ke arah guru sambil memperhatikan ucapannya.<br />
<br />
<b>KELIMA: </b>Janganlah dia membaca di hadapan guru ketika si guru tengah sibuk memikirkan sesuatu, jenuh, berduka, terlalu gembira, lapar, haus, mengantuk, gelisah, dan lain sebagainya yang dapat menghalangi konsentrasi dan semangat sang guru.<br />
<br />
Hendaklah dia bersabar atas sikap keras sang guru, kejelekan akhlaknya, dan hendaknya hal itu tidak menghalangi dia dari duduk mengambil ilmu darinya. Hendaknya dia membawa ucapan-ucapan dan perbuatannya yang secara zhahir salah kepada takwil yang benar.<br />
<br />
Ulama berkata: “Barangsiapa yang tidak bersabar atas kesulitan pada masa belajar maka dia akan tetap berada dalam butanya kebodohan. Barangsiapa yang bersabar atasnya maka keadaannya akan berubah menjadi kemuliaan akhirat dan dunia.”<br />
<br />
<b>KEENAM: </b>Bersemangat di dalam menuntut ilmu dan senantiasa melakukannya di setiap kesempatan. Jangan pernah merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit jika mampu untuk mendapatkan yang lebih banyak, sepanjang tidak memberatkan dirinya agar tidak jenuh dan kehilangan apa yang telah dia dapatkan.<br />
<br />
Hendaklah dia memanfaatkan waktu kosongnya, saat dia bersemangat, saat badannya kuat, dan pikirannya yang tajam sebelum datangnya hal-hal yang dapat menghilangkan itu semua ataupun mencapai kedudukan yang tinggi.<br />
<br />
Amirul mu`minin Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Belajarlah sebelum kalian diangkat menjadi pemimpin.”</i> [Riwayat Ad Darimi (1/91/250) dan Ibnu Abi Syaibah (5/284) dengan sanad yang shahih. Diriwayatkan oleh Al Bukhari di dalam kitab Shahih-nya secara mu’allaq.]<br />
<br />
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Belajarlah sebelum engkau menjadi pemimpin. Apabila engkau telah menjadi pemimpin maka tidak ada lagi kesempatan untuk belajar.”<br />
<br />
<b>KETUJUH: </b>Hendaklah dia membaca di hadapan gurunya di pagi hari berdasarkan hadits Nabi <b>صلى الله عليه وسلم </b>:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Ya Allah, berkatilah umatku pada pagi harinya.” </i>[HR Abu Daud (2606). Hadits shahih.]<br />
<br />
Di antara perkara yang wajib baginya adalah untuk tidak mendengki (hasad) kepada seorangpun baik dari teman-temannya ataupun yang selain dari mereka terhadap keutamaaan yang Allah Al Karim berikan kepadanya. Jangan pula dia merasa berbangga diri (‘ujub) terhadap apa yang telah berhasil dia dapatkan.<br />
<br />
Cara untuk menghilangkan sifat ‘ujub adalah dengan memikirkan bahwasanya apa yang dia dapatkan bukanlah dari usaha dan kekuatannya, akan tetapi itu semua semata-mata merupakan keutamaan dari Allah ta’ala. Oleh karena itu, tidak sepatutnya dia berbangga atas sesuatu yang bukan dia usahakan, justru itu merupakan titipan Allah padanya.<br />
<br />
Cara untuk menghilangkan hasad adalah dengan menyadari bahwa hikmah Allah ta’ala menjadikan keutamaan ini diberikan kepada orang itu. Oleh karena itu, sepatutnya dia tidak merasa keberatan atas keutamaan yang didapatkan orang itu dan tidak membenci hikmah yang diinginkan oleh Allah ta’ala.<br />
<br />
Demikianlah beberapa adab bagi pelajar Al Qur`an yang disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Adapun adab-adab bagi pengajar silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pengajar-al-quran.html" target="_blank">di sini </a>dan adab-adab bagi penghafal Al Qur`an, silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-penghafal-al-quran.html" target="_blank">di sini</a> .<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.6666641235352px;">والحمد لله رب العالمين</span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-59956828747318523112014-10-11T07:28:00.002+07:002014-10-11T09:40:20.199+07:00Adab-Adab Pengajar Al Qur`an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Berikut ini adalah adab-adab bagi orang yang mengajarkan Al Qur`an secara ringkas. Tulisan ini kami ringkaskan dari kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi rahimahullah dengan perubahan seperlunya yang tidak sampai mengubah makna yang diinginkan penulis, insya Allah.<br />
<br />
<b>Perhatian!</b> Ada beberapa hadits dha’if yang disebutkan oleh Imam An Nawawi di dalam tulisan ini. Hadits-hadits dha’if ini tidak kami hapus dan tetap kami nukilkan semata-mata dalam rangka untuk mengetahui hujjah yang disampaikan oleh Imam An Nawawi untuk mendukung adab-adab yang beliau sebutkan. Demikian untuk diperhatikan.<br />
<br />
Di antara adab-adab bagi seseorang yang menjadi pengajar Al Qur`an adalah sebagai berikut:<br />
<a name='more'></a><br />
<b>PERTAMA:</b> Meniatkan amalannya untuk mencari ridha Allah ta’ala.<br />
<br />
Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya sebagai hunafa` (orang-orang yang menghadapkan wajah kepada-Nya dan berpaling dari selain-Nya), mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Demikian itulah agama yang lurus.”</i> [QS Al Bayyinah: 5]<br />
<br />
Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Sesungguhnya amalan-amalan itu bergantung kepada niat, dan setiap orang mendapatkan (ganjaran) sesuai dengan apa yang dia niatkan.”</i> [HR Al Bukhari (1) dan Muslim (1907)].<br />
<br />
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya seseorang itu terjaga (dari dosa) menurut kadar niatnya.”<br />
<br />
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Meninggalkan suatu amalan karena manusia adalah riya` dan melakukan suatu amalan karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah Allah menyelamatkan engkau dari kedua hal itu.”<br />
<br />
<b>KEDUA:</b> Tidak menjadikan amalannya sebagai jalan untuk mendapatkan kepentingan duniawi, seperti harta, kepemimpinan, kehormatan, ketinggian derajat di antara teman-temannya, pujian manusia, memalingkan perhatian manusia kepadanya, atau yang lain sebagainya.<br />
<br />
Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ
نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا
وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مِنْ
نَصِيبٍ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.”</i> [QS Asy Syura: 20]<br />
<br />
Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا
لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (dunia), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki.”</i> [QS Al Isra`: 18]<br />
<br />
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى
بِهِ وَجْهَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا
مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عُرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Barangsiapa menuntut ilmu yang (seharusnya hanya) ditujukan untuk (mengharapkan) wajah Allah ‘azza wa jalla, akan tetapi dia tidaklah mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan dengan ilmu itu kepentingan duniawi, maka dia tidak bisa mencium aroma surga pada hari kiamat.”</i> [HR Abu Daud (3664). Hadits shahih.]<br />
<br />
Dari Ka’b bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ
بِهِ الْعُلَمَاءَ، أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ، أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ
النَّاسِ إِلَيْهِ، أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri terhadap ulama, mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka.”</i> [HR At Tirmidzi (2654). Hadits hasan.]<br />
<br />
<b>KETIGA: </b>Tidak berbangga diri dengan banyaknya orang yang belajar kepadanya dan banyaknya orang yang meminta penyelesaian masalah kepadanya. Hendaknya dia waspada dari munculnya rasa dengki jika ada di antara murid-muridnya yang belajar kepada orang lain. Munculnya rasa dengki ini merupakan bukti yang jelas atas kejelekan niatnya dan menunjukkan secara pasti bahwa pengajarannya tidak ditujukan untuk mengharapkan wajah Allah Yang Mulia.<br />
<br />
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dia berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">يَا حَمَلَةَ الْعِلْمِ، اعْمَلُوا
بِهِ، فَإِنَّمَا الْعَالِمَ مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَوَافَقَ عِلْمُهُ عَمَلَهُ.
وَسَيَكُونُ أَقْوَامٌ يَحْمِلُونَ الْعِلْمَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيهِمْ، يُخَالِفُ
عَمَلُهُمْ عِلْمَهُمْ وَتُخَالِفُ سَرِيرَتُهُمْ عَلَانِيَتَهُمْ، يَجْلِسُونَ حِلَقًا
فَيُبَاهِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيُغْضِبُ عَلَى جَلِيسِهِ
أَنْ يَجْلِسَ إِلَى غَيْرِهِ وَيَدَعَهُ، أُولَئِكَ لَا تَصْعَدُ أَعْمَالُهُمْ فِي
مَجَالِسِهِمْ تِلْكَ إِلَى اللهِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Wahai para pembawa ilmu, amalkanlah ilmu. Sesungguhnya seorang yang ‘alim itu adalah orang yang mengamalkan apa yang dia ketahui dan ilmunya sesuai dengan amalannya. Akan muncul beberapa kaum yang membawa ilmu akan tetapi ia tidak sampai melewati tulang selangkanya. Perbuatan mereka menyelisihi ilmu mereka dan perbuatan mereka di saat bersendiri menyelisihi perbuatan mereka di saat berada di hadapan manusia. Mereka duduk berkelompok-kelompok saling membanggakan diri satu sama lain, sampai ada seseorang yang membenci teman duduknya karena dia duduk bersama orang lain dan meninggalkannya. Amalan-amalan mereka di majelis itu tidaklah naik kepada Allah.”</i> [Riwayat Ad Darimi (382). Sanadnya dha’if.]<br />
<br />
Imam As Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku menginginkan orang-orang mempelajari ilmu ini -yaitu ilmu-ilmu dan kitab-kitab beliau- tanpa menyandarkannya kepadaku satu hurufpun.”<br />
<br />
<b>KEEMPAT:</b> Hendaklah seorang pengajar berperilaku dengan akhlak-akhlak mulia yang telah dituntunkan oleh syariat, seperti zuhud terhadap dunia dan sedikit mengambil darinya, dermawan, berwajah ceria, penyayang, sabar, meninggalkan pekerjaan yang rendah, wara’, bersikap tenang, rendah hati, menjauhi tawa dan banyak bercanda, menjaga kebersihan, menghilangkan bau tak sedap, serta meninggalkan dengki, riya, dan meremehkan orang lain meskipun dia berada di bawahnya.<br />
<br />
Hendaklah dia mengamalkan hadits-hadits tentang tasbih, tahlil, zikir-zikir, dan doa-doa, senantiasa ingat kepada pengawasan Allah ta’ala baik ketika sendiri maupun ketika bersama orang lain, dan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah ta’ala.<br />
<br />
<b>KELIMA: </b>Bersikap lembut terhadap orang yang belajar kepadanya, menyambutnya, dan berbuat baik terhadapnya.<br />
<br />
Dari Abu Harun Al ‘Abdi, dia berkata: “Kami mendatangi Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu. Lalu dia berkata: “Selamat datang wasiat Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> . Sesungguhnya Rasulullah <b>صلى</b> <b>الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">إِنَّ النَّاسَ لَكُمْ تَبَعٌ، وَإِنَّ
رِجَالًا يَأْتُونَكُمْ مِنْ أَقْطَارِ الْأَرْضِينَ يَتَفَقَّهُونَ فِي الدِّينِ.
فَإِذَا أَتَوْكُمْ فَاسْتَوْصُوا</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بِهِمْ خَيْرًا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Sesungguhnya orang-orang adalah pengikut kalian. Sesungguhnya orang-orang akan mendatangi kalian dari berbagai penjuru bumi untuk mendalami agama. Apabila mereka datang kepada kalian maka berbuatbaiklah kepada mereka.”</i> [HR At Tirmidzi (2650). Hadits dha’if.]<br />
<br />
<b>KEENAM: </b>Hendaklah dia banyak menasehati mereka karena sesungguhnya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">الدِّينُ النَّصِيحَةُ. قُلْنَا: لِمَنْ؟
قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Agama adalah nasehat.” Kami bertanya: “Kepada siapa?” Beliau menjawab: “Kepada Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan mereka (kaum muslimin) secara umum.”</i> [HR Muslim (55)]<br />
<br />
Hendaklah dia menginginkan bagi mereka untuk mendapatkan kebaikan sebagaimana dia menginginkan kebaikan bagi dirinya, dan membenci bagi mereka untuk mendapatkan kejelekan sebagaimana dia membenci kejelekan bagi dirinya. Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.”</i> [HR Al Bukhari (13) dan Muslim (45)]<br />
<br />
<b>KETUJUH: </b>Tidak meninggikan dirinya terhadap para murid. Bahkan hendaklah dia bersikap lembut dan rendah hati terhadap mereka.<br />
<br />
Telah datang riwayat dari Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> :<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">لِينُوا لِمَنْ تُعَلِّمُونَ وَلِمَنْ
تَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Bersikap lemah lembutlah terhadap orang yang kalian ajarkan dan terhadap orang yang kalian belajar darinya.” </i>[HR Al Khathib Al Baghdadi (2/113). Hadits dha’if.]<br />
<br />
Ayyub As Sikhtiani rahimahullah berkata: “Sepatutnya bagi seorang alim untuk meletakkan tanah di kepalanya sebagai bentuk kerendahan hati kepada Allah ‘azza wa jalla.”<br />
<br />
<b>KEDELAPAN:</b> Hendaklah dia mengajarkan kepada para murid secara bertahap tentang adab-adab sunnah, mendorong mereka secara berulang-ulang untuk tetap menjaga keikhlasan, kejujuran, dan niat baik, serta mengingat pengawasan Allah ta’ala di setiap waktu.<br />
<br />
<b>KESEMBILAN: </b>Disukai bagi pengajar untuk bersemangat dalam mengajar mereka dan mendahulukannya atas kepentingan pribadinya yang tidak penting, menyampaikan materi kepada mereka sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing, memerintahkan mereka untuk mengulangi hafalan-hafalan mereka, memuji murid yang cerdas sepanjang tidak menimbulkan fitnah terhadapnya seperti ‘ujub (berbangga diri) dan lainnya, dan menegur murid yang malas.<br />
<br />
<b>KESEPULUH: </b>Mendahulukan menyimak siapa yang lebih dahulu hadir. Hendaklah dia menampakkan kepada mereka kegembiraan dan keceriaan, memperhatikan kondisi mereka, dan menanyakan tentang siapa yang tidak hadir dari mereka.<br />
<br />
<b>KESEBELAS:</b> Ulama berkata: “Janganlah dia menolak mengajar seseorang dikarenakan niatnya yang tidak benar.”<br />
<br />
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah dan yang lainnya berkata: “Dahulu kami menuntut ilmu untuk selain Allah, akan tetapi ilmu itu enggan melainkan hanya untuk Allah.” Maknanya: tujuan akhirnya adalah karena Allah ta’ala.<br />
<br />
<b>KEDUA BELAS:</b> Selama mengajar, hendaklah dia menjaga kedua tangannya dan pandangan matanya dari hal-hal yang tidak diperlukan, duduk dalam keadaan suci, menghadap kiblat, duduk dengan tenang, berpakaian putih dan bersih, dan duduk bersila jika dia mau ataupun duduk selain bersila (berlutut).<br />
<br />
Abu Bakr bin Abi Daud As Sijistani meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengajarkan Al Qur`an kepada orang-orang di masjid dalam keadaan duduk berlutut.<br />
<br />
<b>KETIGA BELAS: </b>Hendaknya dia mengajar di tempat yang lapang agar dapat menampung para murid. Di dalam sebuah hadits dari Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> :<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">خَيْرُ الْمَجَالِسِ أَوْسَعُهَا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Sebaik-baik majelis adalah yang paling lapang.”</i> [HR Abu Daud (4820). Hadits shahih.]<br />
<br />
Demikianlah beberapa adab bagi pengajar Al Qur`an yang disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Adapun adab-adab bagi pelajar Al Qur`an, silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-pelajar-al-quran.html" target="_blank">di sini</a>. Sedangkan adab-adab bagi penghafal Al Qur`an, silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2014/10/adab-adab-penghafal-al-quran.html" target="_blank">di sini</a>.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين</span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-87961896020172334762014-05-06T08:49:00.001+07:002014-05-06T08:49:59.226+07:00Tafsir Surat Al Hijr Ayat 99<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Qur`anul Karim:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ<o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian).”</i> [QS Al Hijr: 99]<br />
<br />
Di dalam ayat ini, yang perlu menjadi perhatian kita adalah pada kata <b>الْيَقِينُ </b>karena ada sebagian kelompok menyimpang (sufi) yang menafsirkan lafazh ini tidak dengan makna yang benar, lalu mereka menjadikan ayat ini sebagai hujjah untuk membenarkan penyimpangan aqidah mereka. Mereka menafsirkan lafazh <b>الْيَقِينُ </b>dengan makna <b>ma’rifat</b>. Ma’rifat adalah derajat tertinggi di dalam tingkatan seorang hamba menurut kelompok sufi ini.<br />
<a name='more'></a><br />
Mereka menginginkan dengan makna ini bahwa orang yang sudah mencapai derajat ma’rifah maka berarti dia telah mencapai tingkat keyakinan yang sempurna terhadap Allah dan syariat-Nya sehingga tidak wajib lagi bagi dia untuk menjalankan syariat dan ibadah.<br />
<br />
Keyakinan seperti ini adalah keyakinan kufur, sesat, dan jahil sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah. Para nabi dan rasul ‘alaihimus salam yang mereka itu adalah orang-orang yang paling mengenal Allah, paling mengetahui hak-hak-Nya, paling banyak beribadah kepada-Nya, dan paling banyak melakukan kebaikan, mereka tidak pernah sekalipun berhenti menjalankan syariat Allah ta’ala sampai mereka wafat.<br />
<br />
Allah ta’ala berfirman mengabarkan tentang ucapan Nabi Isa<b> صلى الله عليه وسلم</b> kepada kaumnya:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 18.399999618530273px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“dan Dia (Allah) memerintahkanku untuk (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”</i> [QS Maryam: 31]<br />
<br />
Lantas apakah makna yang benar dari lafazh <b>الْيَقِينُ </b>? Makna yang benar dari lafazh ini adalah <b>kematian</b>. Maknanya, beribadahlah engkau hanya kepada Allah ta’ala sesuai dengan kemampuanmu dan jangan pernah meninggalkannya sampai kematian mendatangimu.<br />
<br />
Dalil yang mendukung makna ini adalah firman Allah ta’ala yang menceritakan tentang ucapan penduduk neraka:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 18.399999618530273px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan hingga datang kepada kami kematian.”</i> [QS Al Mudatstsir: 43-47]<br />
<br />
Di dalam ayat ini <b>الْيَقِينُ </b>bermakna kematian.<br />
<br />
Dalil lainnya yang menunjukkan penggunaan kata <b>الْيَقِينُ </b>untuk makna kematian adalah sebuah hadits yang menceritakan kisah kematian seorang sahabat Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> yang bernama Utsman bin Mazh’un radhiallahu ‘anhu. Di antara ucapan Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> adalah:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ. وَاللَّهِ، إِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 18.399999618530273px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Adapun dia (Utsman bin Mazh’un), maka sungguh telah datang kepadanya kematian. Demi Allah, sesungguhnya saya sangat mengharapkan dia mendapatkan kebaikan.”</i> [HR Al Bukhari (1243)]<br />
<br />
Di dalam hadits ini <b>الْيَقِينُ </b>bermakna kematian.<br />
<br />
Salim bin Abdillah bin Umar berkata menerangkan makna kata <b>الْيَقِينُ </b>dalam ayat 99 surat Al Hijr: “Kematian.” Atsar ini diriwatkan oleh Ibnu Jarir secara maushul di dalam tafsirnya dan disebutkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq di dalam kitab Shahih-nya. Ini juga merupakan pendapatnya Mujahid, Al Hasan Al Bashri, Qatadah, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dll.<br />
<br />
Pertanyaan yang mungkin timbul di sini adalah kenapa kematian dinamakan dengan keyakinan (<b>الْيَقِينُ</b>) ? Bukankah arti dari kata yakin adalah mengetahui hakikat dari sesuatu secara pasti? Jawabannya adalah karena ketika seseorang mengalami kematian maka barulah tampak bagi dia hakikat dari kematian itu secara yakin. Demikian perkataan Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah di dalam kitab Adhwa`ul Bayan pada tafsir ayat 99 surat Al Hijr.<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">والحمد لله رب العالمين<o:p></o:p></span></div>
<br />
<b>Sumber:</b> Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Tafsir Ibnu Katsir dan kitab tafsir Adhwa`ul Bayan.</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-91396504043758810182014-03-29T08:50:00.001+07:002014-03-29T09:03:48.488+07:00Hukum Anak Angkat dalam Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Banyak kita jumpai di kalangan keluarga yang mengangkat seseorang sebagai anak atau yang diistilahkan sebagai anak angkat. Konsekuensinya adalah anak angkat tersebut diperlakukan seperti anak sendiri dari berbagai sisi, di antaranya adalah menganggapnya seperti mahram (anak kandung) yang bebas bercampur (khalwat dan ikhtilath) dengan kedua orang tua, bepergian dengan mereka, bahkan sampai kepada menampakkan bagian tubuh tertentu kepada mereka.<br />
<br />
Ketahuilah bahwa Islam sebenarnya tidak mengakui pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ
أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ
وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ (4) ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ
اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Dia (Allah) tidak menjadikan anak-anak angkat kalian sebagai anak-anak kandung kalian (sendiri). Yang demikian itu (menganggap mereka sebagai anak) hanyalah perkataan kalian di mulut kalian saja, dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah. Jika kalian tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudara kalian seagama dan maula-maula kalian.”</i> [QS Al Ahzab: 4-5]<br />
<br />
Ayat di atas turun berkenaan dengan Zaid bin Haritsah yang diangkat menjadi anak oleh Rasulullah <b>صلى الله</b> <b>عليه وسلم </b>sejak sebelum beliau diangkat menjadi seorang nabi sehingga dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad. Setelah ayat ini turun, maka Zaid tidak lagi dinasabkan kepada Nabi Muhammad<b> صلى الله عليه</b> <b>وسلم </b>, melainkan dinasabkan kembali kepada ayah kandungnya yaitu Haritsah.<br />
<br />
Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam tafsir ayat ini: “Ini adalah perintah yang menghapus perkara di masa permulaan Islam mengenai bolehnya menganggap anak orang lain sebagai anak sendiri yaitu anak angkat. Allah ta’ala memerintahkan untuk mengembalikan nasab mereka kepada bapak-bapak kandung mereka, dan ini adalah suatu keadilan.” Demikian kalam Ibnu Katsir.<br />
<br />
Hal ini didukung oleh firman Allah ta’ala yang lain:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مَا
كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ
النَّبِيِّينَ</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-size: 20.0pt; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang laki-laki di antara kalian, akan tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.”</i> [QS Al Ahzab: 40]<br />
<br />
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ</span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><span dir="LTR"></span> </span>(<i>yang demikian itu (menganggap mereka sebagai anak) hanyalah perkataan kalian di mulut kalian saja</i>) maksudnya perbuatan kalian menganggap mereka sebagai anak adalah ucapan yang tidak memberikan konsekuensi dia menjadi anak yang sebenarnya karena seseungguhnya dia diciptakan dari keturunan lelaki lain. Maka tidaklah mungkin dia memiliki dua orang ayah sebagaimana tidak mungkin seorang manusia memiliki dua hati.”<br />
<br />
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa menjadikan anak orang lain sebagai anak sendiri, atau yang diistilahkan dengan anak angkat, tidaklah diperbolehkan di dalam Islam. Apabila hal ini terlanjur terjadi, maka orang tua yang mengangkatnya tidak boleh menasabkannya kepada mereka dan harus memperlakukannya sebagai anak orang lain sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang berlaku.<br />
<br />
<b>FAIDAH:</b><br />
<br />
Berkaitan dengan permasalahan ini, ada dua hal yang kami rasa perlu untuk disampaikan:<br />
<br />
<b>1.</b> Menggunakan panggilan “anak” atau “nak” kepada anak orang lain sebagai bentuk memuliakan dan kasih sayang terhadapnya hukumnya adalah diperbolehkan di dalam Islam.<br />
<br />
Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا بُنَيَّ</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-size: 18.0pt; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> memanggilku: “Wahai anakku.”</i> [HR Muslim (2151)]<br />
<br />
Di dalam hadits yang lain dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم </b>bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">أُبَيْنَيَّ،
لا ترموا الجمرة حتى تطلع الشمس</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Wahai anakku, janganlah kalian melempar jamrah sampai matahari terbit.”</i> [HR Abu Daud (1940). Hadits shahih.]<br />
<br />
Silakan melihat tafsir Ibnu Katsir pada tafsir ayat kelima dari surat Al Ahzab.<br />
<br />
<b>2.</b> Larangan di dalam ayat 4-5 dari surat Al Ahzab untuk memperlakukan anak orang lain seperti memperlakukan anak sendiri dalam hal percampuran (khalwat dan ikhtilath) dan menampakkan aurat kepada mahram dikecualikan jika anak orang lain tersebut adalah anak susuannya. Alasannya adalah karena anak susuan memiliki perlakukan yang sama dalam hal tersebut dengan anak kandung.<br />
<br />
Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwasanya Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">يَحْرُمُ
مِنَ الرّضَاعَةِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النّسَبِ</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Penyusuan mengharamkan apa yang diharamkan oleh nasab.”</i> [HR Al Bukhari (5099) dan Muslim (1445)]<br />
<br />
Akan tetapi perlu diingat bahwa meskipun demikian, anak susuan tersebut tetap tidak boleh dinasabkan sebagai anak kandung dari si ibu susuan sebagaimana pembahasan di atas.<br />
<div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-31685622122541941292013-12-26T09:49:00.001+07:002013-12-26T10:06:36.139+07:00Makna Wasilah pada Surat Al Maidah Ayat 35<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Kaum Sufi dan para penggemar ibadah (baca: penyembah) di kuburan (quburiyyun) selalu saja merasa tidak cukup untuk beribadah secara langsung kepada Allah ta’ala. Mereka berkeyakinan bahwa kalau beribadah itu langsung kepada Allah, maka amalan mereka tidak akan sampai kepada Allah. Oleh karena itu menurut mereka, dibutuhkan perantara manusia yang dianggap shalih yang sudah meninggal sebagai perantara mereka kepada Allah ta’ala untuk membawa ibadah mereka ini sampai kepada Allah agar diterima.<br />
<a name='more'></a><br />
Oleh karena itu, kita banyak sekali melihat mereka mendatangi kuburan para syaikh, wali, kiyai, tengku, dan sejenisnya untuk beribadah di sana, seperti berdoa, shalat, mengaji, i’tikaf, dan lain sebagainya dengan harapan agar ibadah mereka bisa diterima oleh Allah dengan perantaraan para mayit tersebut.<br />
<br />
Mereka berdalil dengan firman Allah ta’ala di dalam surat Al Maidah ayat 35 yang berbunyi:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kalian mendapat keberuntungan.”</i><br />
<br />
dan firman Allah di dalam surat Al Isra` ayat 57 yang berbunyi:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ
إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri juga mencari jalan (wasilah) kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).”</i><br />
<br />
Inilah dalil yang mereka gunakan sebagai sandaran keyakinan mereka dan untuk melegalkan perbuatan mereka tersebut.<br />
<br />
<b>BANTAHAN ATAS MEREKA</b><br />
<br />
Ketahuilah, bahwasanya ayat yang mereka gunakan sebagai dalil atas perbuatan mereka tersebut pada hakikatnya adalah bantahan atas mereka sendiri karena mereka telah menafsirkan kedua ayat di atas dengan penafsiran yang keliru mengikuti kejahilan dan hawa nafsu mereka.<br />
<br />
Sesungguhnya makna wasilah (perantara) yang benar dari kedua ayat di atas adalah sebagaimana yang disebutkan oleh mayoritas (jumhur) ahli tafsir, yaitu: <b>mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan melakukan amalan shalih</b>.<br />
<br />
Ini adalah penafsiran Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, Qatadah, Mujahid, Al Hasan Al Bashri, Abu Wa`il, As Suddi, dll. Penafsiran ini juga disebutkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari, Ibnu Katsir, Al Baghawi, Al Alusi, Ar Razi, Al Baidhawi, dan lainnya di dalam kitab-kitab tafsir mereka.<br />
<br />
Imam Asy Syinqithi rahimahullah berkata di dalam tafsirnya Adhwa`ul Bayan (1/427) : “Ketahuilah bahwasanya jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wasilah di sini (ayat 35 surat Al Maidah) adalah pendekatan diri (qurbah) kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya berdasarkan apa yang dibawa oleh Muhammad<b> صلى الله عليه وسلم</b> dengan mengikhlaskannya hanya kepada Allah ta’ala, karena inilah satu-satunya jalan yang membawa kepada keridhaan Allah ta’ala dan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat yang ada di sisi-Nya.”<br />
<br />
Kemudian, beliau berkata: “Dengan penjelasan ini, anda dapat mengetahui bahwa apa yang diyakini oleh banyak kelompok yang menyimpang pengikut orang-orang jahil yang menisbahkan diri kepada tasawwuf bahwa yang dimaksud dengan wasilah di dalam ayat ini adalah syaikh yang menjadi perantara bagi dirinya dan Allah. Ini merupakan bentuk keserampangan di dalam kejahilan, kebutaan, kesesatan yang nyata, dan mempermainkan kitab Allah ta’ala.”<br />
<br />
Bahkan, Syaikh Asy Syinqithi juga menerangkan bahwa mengambil perantara selain Allah adalah salah satu bentuk amalan orang kafir sebagaimana yang Allah ceritakan di dalam Al Quran. Allah berfirman tentang perkataan mereka:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَالَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَى</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidaklah menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.”</i> [QS Az Zumar: 3]<br />
<br />
Di dalam ayat yang lain disebutkan:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا
يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ
اللَّهِ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada Kami di sisi Allah.”</i> [QS Yunus: 18]<br />
<br />
Beliau berkata: “Tafsir wasilah yang kami sebutkan di sini juga merupakan makna dari firman Allah:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ
إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri juga mencari jalan (wasilah) kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).” [QS Al Isra`: 57]<br />
<br />
<b>KESIMPULAN</b><br />
<br />
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa makna wasilah yang benar di dalam surat Al Maidah ayat 35 dan Al Isra` ayat 57 adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan amal shalih dengan ikhlas kepada Allah dan sesuai dengan sunnah Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> .<br />
<br />
Adapun penafsiran wasilah dengan makna menjadikan orang shalih baik yang masih hidup ataupun telah mati sebagai perantara kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka ini adalah makna yang batil dan berlandaskan kepada kejahilan dan hawa nafsu semata.<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-font-size: 12.0pt;">والحمد لله رب العالمين<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-64199183675177515802013-09-04T07:20:00.000+07:002013-09-04T07:20:15.532+07:00Kapan Batas Akhir Taubat Diterima?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
Allah subhanahu wa ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat. Allah mengampuni segala dosa hambanya seberapapun besarnya dan banyaknya, dan kapanpun dia bertaubat. Allah telah memerintahkan kita untuk bertaubat di dalam firman-Nya:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang sebaik-baiknya.”</i> [QS At Tahrim: 8]<br />
<a name='more'></a><br />
Di dalam ayat yang lain disebutkan:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ</span><br />
<br />
<i>“Bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.”</i> [QS An Nur: 31]<br />
<br />
Akan tetapi, perlu untuk diketahui bahwa taubat itu ada batas waktunya. Apabila batas waktu tersebut tiba, maka taubat seseorang itu tidak akan lagi diterima oleh Allah. Oleh karena itu kita harus segera bertaubat sebelum batas waktu itu tiba. Lantas, kapankah taubat itu tidak lagi diterima oleh Allah?<br />
<br />
Hal ini telah dijelaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firman-Nya:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Pada hari datangnya ayat (tanda kekuasaan) dari Rabbmu yang mana tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan terhadap keimanannya.”</i> [QS Al An’am: 158]<br />
<br />
Ayat di atas menerangkan bahwa pada suatu hari kelak akan muncul sebuah tanda kekuasaan Allah yang menjadi batas tertutupnya taubat bagi mereka yang tidak mau bertaubat dan beriman sebelum tanda kekuasaan tersebut itu tiba.<br />
<br />
Lantas, apakah tanda kekuasaan Allah yang dimaksud di dalam ayat di atas? Jawabannya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (6506) dan Muslim (248) dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا فَإِذَا طَلَعَتْ فَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ فَذَلِكَ حِينَ: لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Kiamat tidak akan terjadi hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia terbit (dari arah barat) lalu manusia melihatnya, maka mereka semua beriman (kepad Allah) seluruhnya. Maka hari itu adalah “hari datangnya ayat (tanda kekuasaan) dari Rabbmu yang mana tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan terhadap keimanannya.” (QS Al An’am: 158).”</i><br />
<br />
Di dalam hadits lain disebutkan:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">لا تنقطع الهجرة حتى تنقطع التوبة ولا تنقطع التوبة حتى تطلع الشمس من مغربها</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“(Perintah) hijrah tidak terputus sampai terputusnya (penerimaan) taubat, dan (penerimaan) taubat itu tidak terputus sampai matahari itu terbit dari arah barat.”</i> [HR Abu Daud (2479) dari Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu. Hadits shahih.]<br />
<br />
Dua hadits di atas menerangkan bahwa tanda kekuasaan Allah yang menjadi batas waktu penerimaan taubat adalah terbitnya matahari dari arah barat. Apabila hari itu tiba, maka seluruh manusia akan bertaubat dan beriman kepada Allah, namun taubat mereka tidak lagi diterima karena batas waktunya telah tiba.<br />
<br />
Semoga Allah ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang selalu beriman dan bertaubat kepada-Nya sebelum batas waktu pintu taubat ditutup, yaitu pada hari ketika matahari terbit dari sebelah barat. Amin ya Mujibas sa`ilin.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وبالله التوفيق</span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-77817946608451716262013-08-20T22:51:00.003+07:002013-08-20T22:52:14.686+07:00Perbedaan antara Khamar Dunia dan Khamar Surga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<b>Pertanyaan:</b><br />
<br />
Assalamu’alaikum.<br />
<br />
Saya mau bertanya mengenai surat Al Baqarah ayat 219 dan Al-Maidah ayat 90 di mana dikatakan bahwa minum khamar (minuman keras) adalah perbuatan Syaitan dan hukumnya haram. Akan tetapi di dalam surat Muhammad ayat 15 dikatakan bahwa perbuatan minum khamar yang pada ayat di atas dikatakan sebagai perbuatan Syaitan ternyata juga ada di surga dan dihalalkan. Bagaimanakah penjelasanya?<br />
<a name='more'></a><br />
<b>Jawaban:</b><br />
<br />
Wa’alaikumussalam warahmatullah.<br />
<br />
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang khamar di dalam surat Al Baqarah ayat 219:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ
وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا
أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah (bahwa) pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.”</i><br />
<br />
Di dalam surat yang lain Allah berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ
عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah adalah dosa termasuk perbuatan Syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan.”</i> [QS Al Maidah: 90]<br />
<br />
Di dalam ayat di atas, Allah ta’ala menerangkan bahwa meminum khamar adalah suatu perbuatan dosa yang dilarang untuk dilakukan.<br />
<br />
Akan tetapi Allah ta’ala menyebutkan di dalam surat lain bahwasanya khamr merupakan minuman para penghuni surga. Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ
الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ
لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ
وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً
حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong usus mereka?”</i> [QS Muhammad: 15]<br />
<br />
Secara zhahir, ketiga ayat di atas saling bertentangan satu sama lain. Sebagian ayat mengatakan bahwa khamar dilarang untuk diminum, sementara di sebagian ayat lain menunjukkan bahwa khamar adalah minuman penduduk surga. Bagaimanakah cara menggabungkan kedua pernyataan yang berbeda tersebut?<br />
<br />
Jawaban atas isykal ini adalah: minuman khamar diharamkan untuk diminum ketika di dunia, sedangkan di surga minuman khamar dihalalkan.<br />
<br />
Alasan mengapa khamar diharamkan ketika di dunia adalah karena khamar dunia dapat merusakkan akal sehat, menghilangkan kesadaran, dan menimbulkan berbagai permasalahan. Oleh karena itulah Allah ta’ala berfirman pada ayat ke-91 dari surat Al Maidah:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ
أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ
وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Sesungguhnya Syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat. Maka akankah kalian berhenti (dari mengerjakan pekerjaan itu)?”</i><br />
<br />
Adapun pada khamar surga, semua hal-hal negatif tersebut tidaklah ada. Di dalam khamar surga tidak ada zat yang dapat merusak akal dan menghilangkan kesadaran. Allah berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">لاَ فِيهَا غَوْلٌ وَلاَ هُمْ
عَنْهَا يُنزَفُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Di dalam khamar itu tidak ada zat yang merusak akal dan mereka tiada mabuk karenanya.”</i> [QS Ash Shaffat: 47]<br />
<br />
Di dalam ayat yang lain disebutkan:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">لاَّ يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلاَ
يُنزِفُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.”</i> [QS Al Waqi’ah: 19]<br />
<br />
Inilah sebabnya mengapa khamar diharamkan ketika di dunia dan mengapa ia dihalalkan ketika di dalam surga.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-30103991256646002252013-07-03T21:35:00.002+07:002013-07-03T21:36:48.281+07:00Sifat-Sifat Hamba Ar Rahman (Bagian Kedua)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan di dalam surat Al Furqan ayat 63 sampai ayat 76 tentang sifat-sifat dari hamba-hamba Ar Rahman yang patut untuk kita teladani. Pada <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2013/07/sifat-sifat-hamba-ar-rahman-bagian_3.html" target="_blank">bagian pertama</a>, kita telah membahas sembilan sifat terpuji yang dimiliki oleh para hamba Ar Rahman. Pada bagian kedua ini, mari kita lanjutkan kembali pembahasan tentang hal ini.</div>
<br />
Allah ta'ala berfirman tentang sifat-sifat para hamba-Nya:<br />
<div>
<a name='more'></a><br />
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72)</span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i>“dan orang-orang yang tidak menghadiri kegiatan zuur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan yang tidak berfaidah, mereka berlalu (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”</i></b><br />
<br />
<br />
<b>Sifat Kesembilan: </b>Ada dua penafsiran tentang kalimat (<b>لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ</b>) . Ada yang mengatakan maknanya adalah tidak menghadiri kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan. Ada pula yang menafsirkan dengan makna tidak melakukan persaksian palsu. Kedua penafsiran tersebut ada benarnya, namun yang lebih kuat dan lebih sesuai dengan konteks ayat adalah penafsiran yang pertama karena Allah mengatakan di dalam ayat ini:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan yang tidak berfaidah, mereka berlalu (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”</i><br />
<br />
Sedangkan penafsiran dengan makna persaksian palsu, hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> :<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ ثَلَاثًا أَوْ قَوْلُ الزُّورِ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, dan persaksian palsu, persaksian palsu.” -diulangi tiga kali- atau beliau mengatakan: perkataan dusta. </i>[HR Al Bukhari (6919) dan Muslim (87) dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu.]<br />
<br />
<b>Sifat Kesepuluh: </b>Mereka juga tidak mau menaruh perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sia-sia yang tidak bermanfaat bagi diri dan agama mereka. Jika mereka menjumpai hal yang demikian, maka mereka akan segera berlalu meninggalkannya demi menjaga kehormatan diri dan agamanya.<br />
<br />
-------------------------<br />
<div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا (73)</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i>“dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.”</i></b><br />
<br />
<br />
<b>Sifat Kesebelas:</b> Sifat mereka yang lainnya adalah apabila mereka mendengarkan nasehat, pengajaran, dan teguran dari kalam Allah, mereka akan mendengarkan dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Hati mereka akan bergetar dan keimanan mereka akan bertambah. Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang bila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Rabb merekalah mereka bertawakkal.”</i> [QS Al Anfal: 2]<br />
<br />
Sedangkan orang-orang kafir, jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka tidak memperdulikannya dengan berpura-pura tidak mendengar, membuat kegaduhan, dan menyibukkan diri dengan perkara yang lain.<br />
<br />
-------------------------<br />
<div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74)</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i>“dan orang orang yang berkata: “Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami daripada istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (bagi kami), dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”</i></b><br />
<br />
<br />
<b>Sifat Kedua Belas:</b> Di antara doa mereka kepada Allah ta’ala adalah meminta kepada Allah untuk dianugerahkan pasangan dan keturunan yang bertauhid kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, dan taat kepada-Nya. Mereka tidak meminta kepada Allah semata-mata pasangan dan anak yang cakap/cantik rupanya, tetapi mereka meminta agar mereka diberikan pasangan dan keturunan yang shalih dan taat kepada Allah yang bisa menjadi penyejuk hati mereka ketika mereka masih hidup hingga ketika mereka telah meninggal dunia.<br />
<br />
Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة: إلا من صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له</span><br />
<br />
<i>“Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalannya darinya kecuali tiga perkara: sedekah yang terus dimanfaatkan, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang mendoakannya.”</i> [HR Muslim (1631)]<br />
<br />
-------------------------<br />
<div>
<br /></div>
Demikianlah dua belas sifat mulia dari hamba-hamba Ar Rahman yang Allah sebutkan di di dalam surat Al Furqan ayat 63 sampai ayat 74. Setelah Allah menyebutkan sifat-sifat mereka yang terpuji tersebut, Allah lalu menerangkan balasan yang akan mereka peroleh kelak:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76)</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i>“Mereka itulah orang yang diganjar dengan (mendapatkan kamar di surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, dan mereka kekal di dalamnya. Surga itu adalah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.”</i></b><br />
<br />
-------------------------<br />
<div>
<br /></div>
Saya memohon kepada Allah ta’ala, Rabb semesta alam, yang tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain dari-Nya, agar menjadikan saya, keluarga saya, orang tua saya, dan seluruh kaum muslimin termasuk ke dalam hamba-hamba Ar Rahman yang memiliki sifat-sifat yang mulia di atas dan mendapatkan kemenangan berupa surga di akhirat kelak. Amin ya Rabbal ‘alamin.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وبالله التوفيق</span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-15039029407863022272013-07-03T21:30:00.003+07:002013-07-03T21:37:51.820+07:00Sifat-Sifat Hamba Ar Rahman (Bagian Pertama)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan di dalam Al Qur`an surat Al Furqan ayat 63-76 beberapa sifat terpuji yang sepatutnya dimiliki oleh setiap orang yang beriman kepada Allah ta’ala. Sifat-sifat ini sangatlah baik untuk kita ketahui, pahami, dan terapkan pada diri kita masing-masing.<br />
<br />
Untuk membantu para ikhwah dalam memahami sifat-sifat tersebut, maka pada kesempatan ini saya akan mencoba menuliskan secara ringkas penjelasan sifat-sifat tersebut. Penjelasan setiap sifat akan kami sebutkan di bawah setiap ayat yang menyebutkan sifat-sifat tersebut. Penjelasan ini merupakan saduran (dengan perubahan) dari kitab tafsir Ibnu Katsir rahimahullah ta’ala.<br />
<a name='more'></a><br />
Sifat-sifat terpuji dari hamba-hamba Ar Rahman adalah sebagai berikut:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63)</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i>“Hamba-hamba Ar Rahman adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. Apabila ada orang-orang jahil berbicara dengan mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”</i></b><br />
<br />
<b>Sifat Pertama:</b> Hamba Allah berjalan dengan sikap yang tenang dan santun, tidak dengan angkuh dan sombong, sebagaimana firman Allah ta’ala:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”</i> [QS Al Isra`: 37]<br />
<br />
Akan tetapi ini tidak berarti bahwa mereka memaksakan diri untuk bersikap seperti orang yang sedang sakit ataupun membuat-buat dengan tujuan agar dipuji manusia (riya`).<br />
<br />
<b>Sifat Kedua:</b> Apabila ada orang yang jahil dan buruk akhlaknya berbuat kejelekan terhadap mereka, mereka tidak membalasnya dengan kejelekan pula. Mereka justru memaafkan dan mengucapkan perkataan yang baik terhadap orang jahil tersebut. Hal ini merupakan sifat Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> yang diceritakan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian. Kesejahteraan atas diri kalian, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.”</i> [QS Al Qashash: 55]<br />
<br />
-------------------------<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64)</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i> “dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.”</i></b><br />
<br />
<b>Sifat Ketiga:</b> Mereka mengisi waktu mereka dengan ibadah dan ketaatan kepada Allah ta’ala, termasuk pada malam hari mereka melaksanakan shalat malam. Allah ta’ala menyebutkan sifat hamba-Nya ini pada beberapa ayat di dalam Al Qur`an, di antaranya:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“(Dahulu di dunia) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (sebelum fajar).”</i> [QS Adz Dzariyat: 17-18]<br />
<br />
Di dalam ayat yang lain:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Lambung mereka jauh dari tempat tidur dan mereka selalu berdoa kepada Rabb mereka dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”</i> [QS As Sajdah: 16]<br />
<br />
-------------------------<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66)</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“dan orang-orang yang berdoa: “Wahai Rabb kami, jauhkan azab Jahannam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kekal. Sesungguhnya ia adalah seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.”</i><br />
<br />
<b>Sifat Keempat:</b> Di antara doa yang mereka sampaikan kepada Allah adalah meminta agar mereka dijauhkan dari siksaan api neraka. Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari api neraka pada hari kiamat merupakan doa yang sangat penting karena siksaan di neraka itu sangatlah dahsyat dan menyakitkan.<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> pernah berdoa (yang artinya): “Ya Allah, Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari azab neraka.”</i> [HR Al Bukhari (4522) dan Muslim (2690)]<br />
<br />
-------------------------<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67)</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<b><i>“dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Pembelanjaan) itu di tengah-tengah antara yang demikian.”</i></b></div>
<br />
<br />
<b>Sifat Kelima:</b> Mereka adalah orang bersifat pertengahan di dalam masalah pemanfaatan harta. Mereka tidak berlebihan dalam membelanjakan harta sehingga melampaui batas kebutuhan dan kemampuan. Mereka juga tidak berlaku kikir dalam harta mereka terhadap keluarga yang menjadi tanggung jawab mereka dan terhadap orang lain yang membutuhkan. Hal ini sejalan dengan firman Allah ta’ala:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal.”</i> [QS Al Isra`: 29]<br />
<br />
-------------------------<br />
<div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71)</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b><i>“dan orang-orang yang tidak menyembah sesembahan yang lain bersama Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang (dilarang) itu, niscaya dia akan mendapatkan balasan atas dosanya. Azab akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal saleh, maka merekalah orang-orang yang kejahatan mereka akan diganti oleh Allah dengan kebajikan. Allah itu adalah Ghafur (Maha Pengampun) lagi Rahim (Maha Menyampaikan rahmat). Orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia itu bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”</i></b><br />
<br />
<b>Sifat Keenam:</b> Mereka adalah orang yang bertauhid kepada Allah ta’ala dan tidak berbuat syirik terhadap Allah sedikitpun.<br />
<br />
<b>Sifat Ketujuh:</b> Mereka juga tidak mau menumpahkan darah seseorang (membunuh) kecuali apabila ada alasan yang diperbolehkan secara syariat. Di antara hal-hal yang menghalalkan darah seorang muslim untuk ditumpahkan adalah: hukum rajam bagi yang orang berzina setelah dia menikah, hukum qishash (balas bunuh) terhadap seorang pembunuh, hukum bunuh bagi orang yang murtad dari Islam, dll.<br />
<br />
<b>Sifat Kedelapan: </b>Mereka juga tidak mau berzina, karena ia merupakan salah satu perkara yang sangat besar dosanya.<br />
<br />
<b>Sifat Kesembilan:</b> Apabila mereka secara sengaja atau tidak sengaja melakukan larangan di atas, maka mereka akan segera bertaubat kepada Allah dan melakukan amalan shalih agar kesalahannya tersebut diganti oleh Allah dengan kebaikan sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat di atas.<br />
<br />
Ayat ke-68 dari surat Al Furqan di atas memiliki sababun nuzul (sebab turun) sebagaimana yang diterangkan di dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Dia berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَأْكُلَ مَعَكَ. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Saya bertanya (kepada Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b>): “Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?” Nabi menjawab: “Engkau mengadakan tandingan bagi Allah padahal Dia telah menciptakanmu.” Saya bertanya: “Kemudian apa lagi?” Nabi menjawab: “Engkau membunuh anakmu karena khawatir (makanan tidak cukup jika) dia makan bersamamu.” Saya bertanya: “Kemudian apa lagi?” Nabi menjawab: “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.”</i> [HR Al Bukhari (6001) dan Muslim (86)]<br />
<br />
-------------------------<br />
<br />
Pembahasan mengenai sifat-sifat hamba Ar Rahman akan kita lanjutkan pada bagian yang kedua. Silakan membacanya <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2013/07/sifat-sifat-hamba-ar-rahman-bagian-kedua.html">di sini</a>.<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 27px; line-height: 31px;">وبالله التوفيق</span></div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-76343097906414993442013-03-21T14:23:00.000+07:002013-07-14T17:20:37.973+07:00Masuk Surga Bukanlah karena Amal Semata<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Kebanyakan kaum muslimin mengira bahwasanya yang menentukan seseorang itu masuk ke dalam surga ataukah tidak adalah ditentukan semata-mata dari amalannya. Artinya, apabila amalannya baik dan benar maka pastilah dia akan masuk surga.<br />
<br />
Anggapan seperti ini sebenarnya tidaklah bisa disalahkan secara mutlak, dan tidak pula bisa dianggap benar secara mutlak pula. Sebabnya adalah karena adanya firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menerangkan bahwa amalan shalih merupakan penyebab masuknya kaum mukminin ke dalam surga. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala:<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt;">وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<i>“Diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.”</i> [QS Al A’raf: 43]<br />
<br />
Allah juga berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ (31) الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salamun ‘alaikum, masuklah kalian ke dalam surga disebabkan apa yang telah kalian kerjakan.”</i> [QS An Nahl: 31-32]<br />
<br />
Di dalam ayat yang lain Allah berfirman:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ (17) فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (18) كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka, dan Rabb mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai ganjaran dari apa yang telah kalian kerjakan.”</i> [QS Ath Thur: 17-19]<br />
<br />
Ketiga ayat di atas menerangkan bahwa masuknya seseorang ke dalam surga adalah disebabkan karena amalan kebaikan yang mereka lakukan selama hidup di dunia.<br />
<br />
Namun ada sebuah hadits shahih yang menerangkan bahwa amalan seseorang itu tidaklah bisa memasukkan dirinya ke dalam surga. Hadits tersebut datang dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Amalan seseorang itu tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga.” Para sahabat bertanya: “Tidak juga anda, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Tidak pula aku, akan tetapi Allah telah melimpahkan keutamaan dan rahmat-Nya kepadaku.”</i> [HR Al Bukhari (5673) dan Muslim (2816)]<br />
<br />
Hadits di atas menerangkan bahwa amalan seseorang itu bukanlah penyebab bagi seseorang untuk masuk ke dalam surga. Bahkan termasuk amalan Rasulullah <b>صلى الله وسلم</b> sendiri bukanlah itu yang menyebabkan beliau masuk surga. Hanya saja Allah telah menjamin beliau pasti akan masuk surga berkat kemurahan dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.<br />
<br />
Apabila kita memperhatikan ayat-ayat dan hadits di atas, seolah-olah tampak adanya pertentangan satu sama lain dari segi apakah amalan seorang hamba itu adalah penyebab dia masuk ke dalam surga ataukah bukan.<br />
<br />
<b>PENGGABUNGAN MAKNA ANTARA AYAT DAN HADITS DI ATAS</b><br />
<br />
Berkaitan dengan ini ulama telah mencoba menggabungkan dan menyatukan perbedaan yang terdapat di dalam ayat-ayat dan hadits di atas. Ulama mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara ayat dan hadits tersebut, karena surga itu sebenarnya hanya bisa dimasuki dengan rahmat dan kemurahan Allah ta’ala, bukan karena amalan yang dilakukan oleh seorang hamba. Walaupun amalan itu juga merupakan sebab masuknya surga, namun ia bukanlah satu-satunya sebab dan bukan sebab yang paling utama.<br />
<br />
Ada pula yang mengatakan bahwa masuknya seorang hamba ke dalam surga, itu disebabkan karena adanya kemurahan dan rahmat dari Allah ta’ala. Adapun amalan manusia, ia merupakan penentu kemuliaan dan ketinggian derajatnya di dalam surga. Semakin baik amalannya, semakin tinggilah derajatnya di surga. Ini adalah pendapatnya Sufyan dan yang lainnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah ta’ala di dalam kitabnya Hadil Arwah halaman 101.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وبالله التوفيق</span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-64500333850846749312013-02-19T14:05:00.002+07:002013-07-12T07:34:03.591+07:00Para Rasul Ulul Azmi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span>
Allah telah mengangkat banyak nabi dari kalangan manusia. Mereka mendapatkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Di antara para nabi tersebut, ada di antara mereka yang dipilih untuk membawa syariat baru dan bertugas menyampaikannya kepada umat manusia. Kemudian, di antara para rasul tersebut, ada lagi beberapa orang rasul yang memiliki kedudukan dan kemuliaan yang lebih tinggi dibandingkan para rasul selain mereka. Mereka ini digelari dengan Ulul Azmi.<br />
<a name='more'></a><br />
Yang dimaksud dengan Ulul Azmi adalah adalah para rasul yang memiliki keteguhan hati yang kuat dan kesabaran yang tinggi, sebagaimana yang didefinisikan oleh Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma. Lihat Tafsir Al Qurthubi (16/220)<br />
<br />
Allah ta’ala telah menyebutkan istilah Ulul Azmi ini secara umum di dalam Al Qur`an:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو
الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
“Maka bersabarlah kamu sebagaimana bersabarnya para Rasul yang mempunyai keteguhan hati (Ulul Azmi).” [QS Al Ahqaf: 35]</div>
<br />
Para ulama berselisih tentang siapa sajakah yang termasuk ke dalam golongan Ulul Azmi ini, dan ada berapa jumlah mereka. Namun pendapat yang paling kuat, yang dipilih oleh beberapa ahli tafsir seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibnu Katsir, Al Qurthubi, Al Baghawi, Asy Syinqithi, dan yang lain sebagainya adalah bahwa Rasul Ulul Azmi itu ada lima orang. Mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad<b> صلى الله عليه وسلم</b> .<br />
<br />
Mereka berhujjah dengan firman Allah ta’ala:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">شَرَعَ
لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا
وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا
فِيهِ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
“Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah tentangnya.” [QS Asy Syura: 13]<br />
<br />
dan firman Allah ta’ala:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ
النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
“(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi, dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” [QS Al Ahzab: 7]<br />
<br />
Yang dimaksud dengan perjanjian di dalam ayat di atas adalah apa yang disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur`an:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وَإِذْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ
ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ
وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي
قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
“(Ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, bahwa kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman: “Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: Kami mengakui dan menerima.” Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (wahai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian.” [QS Ali Imran: 81]<br />
<br />
Perjanjian ini, disebutkan oleh Ibnu Katsir, diambil setelah masing-masing dari mereka telah diangkat menjadi rasul. Wallahu ta'ala a'lam.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-86925248880809493272012-12-03T14:17:00.003+07:002013-07-14T17:26:51.845+07:00Contoh Tafsir Sesat Ala Syiah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Sebagaimana yang telah diketahui dengan pasti, golongan manusia yang paling pendusta di muka bumi ini adalah golongan Syiah. Mereka tidak segan dan ragu-ragu untuk berkata dusta demi kepentingan agama mereka dan menutupi kebusukan mereka di mata kaum muslimin. Hampir seluruh bagian syariat Islam tidak selamat dari mulut dusta dan tangan keji mereka.<br />
<br />
Bahkan dengan lancang mereka berani mengatakan bahwa Al Qur`an yang beredar di tangan kaum muslimin saat ini adalah tidak lengkap karena sebagiannya telah dihapus oleh para sahabat. Selain itu, mereka juga menafsirkan beberapa ayat Al Qur`an dengan penafsiran yang mereka buat-buat. Berikut ini adalah sebagian contohnya:<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1.</b> Surat Al Lahab ayat 1:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">تَبَّتْ يَدَا أَبِي
لَهَبٍ وَتَبَّ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Yang dimaksud dengan “dua tangan” Abu Lahab di sini adalah dua pembantu Abu Lahab, yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq dan Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhuma.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah:</b> Yang dimaksud dengan “dua tangan” Abu Lahab di sini adalah tangan Abu Lahab yang sesungguhnya. Maknanya adalah Abu Lahab mendapatkan kebinasaan dan kerugian akibat permusuhannya terhadap Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> .<br />
<br />
<b>2.</b> Surat Az Zumar ayat 65:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Makna ayat ini adalah jika kamu mempersekutukan Ali bin Abi Thalib dengan Abu Bakr di dalam perkara khilafah maka seluruh amalanmu akan terhapus dan akan menjadi orang yang merugi, yaitu murtad.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah:</b> Makna ayat ini adalah jika kamu mempersekutukan Allah dengan segala sesuatu selain-Nya di dalam masalah peribadatan maka seluruh amalanmu akan terhapus dan akan menjadi orang yang merugi, yaitu murtad.<br />
<br />
<b>3.</b> Surat Al Baqarah ayat 67:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyembelih seekor sapi betina.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah: </b>Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyembelih Aisyah istri Nabi Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> .<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah:</b> Nabi Musa<b> صلى الله عليه وسلم</b> berkata kepada kaumnya bahwasanya Allah menyuruh mereka untuk menyembelih seekor sapi betina.<br />
<br />
<b>4. </b>Surat At Taubah ayat 12:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَإِنْ نَكَثُوا
أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا
أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Jika mereka merusak sumpah mereka sesudah mereka berjanji dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya supaya mereka berhenti.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Yang dimaksud dengan “pemimpin-pemimpin orang kafir” adalah dua orang sahabat nabi yaitu Thalhah bin Ubaidillah dan Az Zubair ibnul ‘Awwam.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah: </b>Yang dimaksud dengan “pemimpin-pemimpin orang kafir” adalah tokoh-tokoh kaum musyrikin yang sangat keras permusuhannya terhadap Islam, seperti Abu Jahl, ‘Utbah bin Abi Rabi’ah, Syaibah bin Abi Rabi’ah, Umayyah bin Khalaf, dan orang-orang yang semisal dengan mereka.<br />
<br />
<b>5.</b> Surat Ar Rahman ayat 19:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ
يَلْتَقِيَانِ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Dia mengalirkan dua lautan yang keduanya kemudian bertemu.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Yang dimaksud dengan “dua lautan” adalah Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Muhammad radhiallahu ‘anhuma. Allah mempertemukan (menjodohkan) mereka berdua.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah:</b> Yang dimaksud dengan “dua lautan” adalah lautan yang tawar yaitu sungai dan lautan yang asin yaitu laut sebagaimana di dalam surat Al Furqan ayat 53.<br />
<br />
<b>6.</b> Surat Ar Rahman ayat 22:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">يَخْرُجُ مِنْهُمَا
اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Dari keduanya, yaitu Ali dan Fathimah, lahirlah dua orang putra yang bernama Al Hasan dan Al Husain.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah: </b>Dari lautan tawar dan lautan asin terdapat perhiasan berupa mutiara dan marjan, sebagaimana disebutkan di dalam surat Fathir ayat 12.<br />
<br />
<b>7.</b> Surat Yasin ayat 12:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">إِنَّا نَحْنُ نُحْيِ
الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ
فِي إِمَامٍ مُبِينٍ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauhul Mahfuzh).”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah: </b>Yang dimaksud dengan (<b>إِمَامٍ مُبِينٍ</b>) adalah Ali bin Abi Thalib. Maknanya Ali mengetahui segala perkara masa lalu, kini, dan yang akan datang, baik yang di langit maupun yang di bumi, karena dia telah diberikan ilmunya oleh Allah. Dengan kata lain, Ali bin Abi Thalib mengetahui segala perkara gaib.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah: </b>Yang dimaksud dengan (<b>إِمَامٍ مُبِينٍ</b>) adalah kitab Lauhul Mahfuzh yang di dalamnya tercatat segala perkara masa lalu, kini, dan akan datang hingga hari kiamat tiba.<br />
<br />
<b>8.</b> Surat An Naba` ayat 1-3:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ
(1) عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ (2) الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ</span><br />
<br />
<i>“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar yang mereka perselisihkan tentang ini.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Yang dimaksud dengan “berita yang besar” yang diperselisihkan adalah berita tentang Ali bin Abi Thalib, ada yang memuji dan ada yang membenci, ada yang mencintainya dan ada yang memusuhinya.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah: </b>Yang dimaksud dengan “berita yang besar” yang diperselisihkan adalah berita tentang hari kiamat dan hari berbangkit sebagaimana yang diisyaratkan pada ayat ketujuh belas dari surat ini.<br />
<br />
<b>9.</b> Surat Al Maidah ayat 55:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah:</b> Yang dimaksud dengan “orang-orang yang beriman” di dalam ayat tersebut adalah Ali bin Abi Thalib.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah: </b>Yang dimaksud dengan “orang-orang yang beriman” di dalam ayat tersebut adalah seluruh kaum mukminin, tidak hanya Ali bin Abi Thalib, sebagaimana yang tersebut di dalam surat Al Baqarah ayat 257 dan surat At Taubah ayat 71.<br />
<br />
<b>10.</b> Surat Al Baqarah ayat 157:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ
صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>
“Mereka itulah yang mendapat pujian dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”</i><br />
<br />
<b>Tafsir versi Syiah: </b>Ayat ini turun menerangkan keadaan Ali bin Abi Thalib ketika mendapat musibah dengan meninggalnya paman beliau Hamzah bin Abdil Muththalib di perang Uhud.<br />
<br />
<b>Tafsir Ahlus Sunnah:</b> Ayat ini berlaku kepada setiap mukmin yang bersabar dan bertawakkal kepada Allah ketika mendapatkan cobaan dan musibah di dalam hidupnya.<br />
<br />
Demikianlah beberapa contoh tafsir menyimpang yang dilakukan oleh kaum Syiah demi mendukung kebatilan agama yang mereka anut saat ini.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Sumber: Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Muqaddimah Ushulut Tafsir karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-26370212317467399362012-11-09T13:27:00.001+07:002013-07-20T14:02:07.445+07:00Tafsir Surat Al Ma'un Ayat 4-5<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span>
Allah subhanahu wa ta’la berfirman di dalam Al Qur`an:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4)
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.”</i> [QS Al Ma’un: 4-5]<br />
<br />
Di dalam ayat ini terdapat ancaman bagi orang-orang yang melaksanakan shalat namun dia melakukan kelalaian atau kesalahan besar terhadap shalatnya. Jenis-jenis kelalaian ini ada beberapa bentuk, yaitu:<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. </b>Melalaikan shalat dengan tidak melaksanakannya sama sekali. Ini adalah shalatnya kaum munafik yang mana ketika mereka berada bersama kaum muslimin mereka melaksanakan shalat, tetapi ketika mereka sendirian mereka tidak melakukannya. Ini adalah pendapatnya Abdullah ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu.<br />
<br />
<b>2.</b> Melalaikan shalat dengan tidak melaksanakannya sampai habis waktu shalat yang telah ditetapkan oleh syariat. Ini adalah pendapatnya Masruq dan Abu Adh Dhuha.<br />
<br />
<b>3. </b>Melalaikan shalat dengan tidak melaksanakannya di awal waktu. Dia selalu atau sangat sering menunda melaksanakan shalat hingga di akhir waktu.<br />
<br />
<b>4. </b>Melalaikan shalat dengan cara tidak menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syarat shalat yang telah diatur di dalam syariat.<br />
<br />
<b>5.</b> Melalaikan shalat dengan tidak melaksanakannya dengan khusyuk dan tidak memahami dan merenungkan makna zikir dan bacaan shalat yang dilakukannya.<br />
<br />
Melalaikan shalat dengan kelima jenis di atas adalah menyerupai shalatnya orang munafik, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> yang menerangkan keadaan orang yang suka mengakhirkan shalat Ashar hingga matahari hampir terbenam:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">تلك صلاة المنافق، يجلس يرقب
الشمس حتى إذا كانت بين قرني الشيطان قام فنقرها أربعا لا يذكر الله فيها إلا
قليلا</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Itu adalah shalatnya orang munafik! Duduk (berdiam diri) sambil menunggu matahari (terbenam). Ketika matahari itu sudah berada di antara dua tanduk Syaithan (yaitu ketika sudah hampir terbenam) barulah dia bangun (untuk shalat) dan melaksanakan empat rakaat dengan sangat tergesa-gesa. Dia tidaklah mengingat Allah di dalam shalatnya melainkan sangat sedikit sekali.”</i> [HR Muslim (622) dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu]<br />
<br />
Demikian kesimpulan yang kami ambil dari kitab Tafsirul Qur`anil ‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah ta’ala.<br />
<br />
Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullahu berkata di dalam kitab tafsirnya (1/935) menerangkan makna ayat (<b>الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ</b>): “Yaitu orang-orang yang menyepelekannya, meninggalkan waktunya, dan melewatkan rukun-rukunnya. Ini disebabkan karena tidak adanya kepedulian mereka dengan perintah Allah karena mereka menyia-nyiakan shalat -yang mana ia merupakan ketaatan yang paling penting dan qurbah (pendekatan) yang paling utama- dan melalaikannya. Hal inilah yang membuat pelakunya pantas untuk dicela dan disalahkan. Adapun lupa di dalam shalat maka ini bisa terjadi pada siapapun bahkan pada diri Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> .”<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-23924339686391818842012-11-05T13:16:00.000+07:002013-07-04T05:53:25.636+07:00Tiga Golongan Manusia dalam Membaca Al Qur`an dengan Bertajwid<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<b>Pertanyaan:</b><br />
<br />
Ana ingin bertanya, benarkah jika seseorang itu membaca Al Qur`an tanpa bertajwid dan tanpa memahami maknanya maka bacaannya dianggap sia-sia? Terutama bagi orang yang baru belajar membaca Al Qur`an. Syukran atas jawabannya.<br />
<br />
<b>Jawaban:</b><br />
<a name='more'></a><br />
Jawaban atas pertanyaan anda adalah sebagai berikut. Di dalam kitab Fathul Majid fi Ahkamit Tajwid karya Abu Turob Al Jawi hafizhahullah dinukilkan dari sebagian ulama tajwid bahwa manusia dalam hal membaca Al Quran dengan bertajwid ada tiga golongan, yaitu:<br />
<br />
<b>1.</b> <b>Muhsin Ma`jur (محسن مأجور)</b><br />
<br />
Yaitu golongan orang yang memahami ilmu tajwid dan membaca Al Quran dengan bertajwid. Kelompok ini merupakan kelompok yang terpuji dan mendapatkan pahala atas bacaan mereka ini.<br />
<br />
<b>2. Musi` Atsim (مسيء آثم)</b><br />
<br />
Yaitu golongan orang yang memahami ilmu tajwid namun mereka tidak membaca Al Quran dengan bertajwid dengan sengaja. Golongan ini merupakan golongan yang tercela dan mendapatkan dosa karena tidak membaca Al Quran dengan bertajwid.<br />
<br />
<b>3. Ma’dzur (معذور)</b><br />
<br />
Yaitu golongan orang yang tidak atau belum memahami ilmu tajwid sehingga mereka ketika membaca Al Quran masih belum benar dan banyak kesalahan tanpa mereka sadari. Golongan ini adalah golongan yang dimaafkan karena kejahilan mereka.<br />
<br />
Namun golongan ketiga ini tetap dituntut untuk segera mempelajari ilmu tajwid untuk menghilangkan kejahilan mereka agar tidak selamanya terjatuh di dalam kesalahan ketika membaca Al Quran.<br />
<br />
Demikian jawaban atas pertanyaan anda. Semoga bermanfaaat.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-35798244778500553012012-11-05T11:57:00.002+07:002013-07-04T05:58:26.096+07:00Adakah Batasan Minimal dalam Membaca Al Qur`an?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span>
<b>Pertanyaan:</b><br />
<br />
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ana mau bertanya, benarkah seseorang jika membaca Al Qur`an minimal harus membaca seratus ayat? Ada yang mengatakan bahwa kalau tidak demikian maka ia menjadi ibadah yang sia-sia. Mohon penjelasannya. Terima kasih.<br />
<br />
<b>Jawaban:</b><br />
<a name='more'></a><br />
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2012/06/tambahan-lafazh-wa-maghfiratuh-pada.html" target="_blank">wamaghfiratuh</a>.<br />
<br />
Sepengetahuan saya, apa yang dikatakan di atas tidaklah benar. Berapapun ayat yang kita baca, baik sedikit ataupun banyak, semuanya dinilai dan dihargai oleh Allah subhanahu wa ta’ala sepanjang dilakukan secara ikhlas. Allah ta'ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَمَا كَانَ اللَّهُ
لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Allah itu tidak akan menyia-nyiakan iman kalian.”</i> [QS Al Baqarah: 143]<br />
<br />
Termasuk di dalam hal ini adalah membaca Al Quran.<br />
<br />
Bahkan jangankan membaca seratus ayat, membaca satu ayat saja berpahala. Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">من قرأ حرفا من كتاب
الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف
وميم حرف</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an) maka dia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan ditukar dengan sepuluh kali lipatnya. Saya tidak mengatakan bahwa “Alif Lam Mim” itu satu huruf, akan tetapi Alif itu satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”</i> [HR At Tirmidzi (2910). Hadits shahih.]<br />
<br />
Hadits ini menunjukkan bahwa hanya dengan membaca “Alif Lam Mim” saja seseorang sudah mendapatkan pahala sebanyak tiga puluh.<br />
<br />
Selain itu, mengharuskan seseorang untuk membaca minimal seratus ayat setiap kali membaca Al Qur`an merupakan salah satu bentuk membebani diri (takalluf) dengan perkara yang tidak disyariatkan, dan ini merupakan perkara yang dilarang di dalam Islam.<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">كُنَّا عِنْدَ عُمَرَ،
فَقَالَ: نُهِينَا عَنْ التَّكَلُّفِ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
“Kami bersama Umar (ibnul Khaththab). Dia berkata: “Kita dilarang untuk takalluf (membebani diri dengan perkara yang tidak disyariatkan).” [HR Al Bukhari (7293)]<br />
<br />
Demikian jawaban atas pertanyaan anda. Wallahu ta’ala a’lam.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-38398466948945479042012-10-31T17:12:00.004+07:002015-09-28T06:31:50.105+07:00Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 257<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span>
<b>Pertanyaan:</b><br />
<br />
Assalamu’alaikum. Kenapa di dalam Al Qur`an pada ayat (<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">اللَّهُ وَلِيُّ
الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ </span>) Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan kata “azh zhulumat” dalam bentuk jamak sedangkan kata “an nur” dalam bentuk mufrad (tunggal)? Mohon penjelasannya.<br />
<br />
<b>Jawaban:</b><br />
<br />
Wa'alaikumussalam warahmatullah.<br />
<a name='more'></a><br />
Yang dimaksud dengan “an nur” atau cahaya adalah petunjuk dan yang dimaksud dengan “azh zhulumat” atau kegelapan adalah kesesatan. Demikian dikatakan oleh Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi di dalam kitab Adhwaul Bayan.<br />
<br />
Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam tafsirnya: “Oleh karena ini, maka Allah ta’ala menunggalkan lafazh “an nur” dan menjamakkan “azh zhulumat” karena kebenaran itu satu dan kekufuran itu banyak jenisnya dan seluruhnya adalah batil sebagaimana firman Allah:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Dan bahwasanya (yang Kuperintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Demikian itu diperintahkan Allah agar kalian bertakwa.”</i> [QS Al An’am: 153]<br />
<br />
Sampai pada perkataan beliau: “ … dan ayat-ayat lainnya yang lafazhnya menunjukkan akan tunggalnya al haq (kebenaran) dan tersebarnya kebatilan, keterasingannya, dan banyaknya jenisnya.” Selesai ucapan Ibnu Katsir rahimahullah dari tafsir surat Al Baqarah ayat 257.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-43143287361274623942012-10-30T17:29:00.000+07:002013-07-12T14:27:49.156+07:00Makna Kata Ganti Jamak "Kami" Pada Lafzhul Jalalah “Allah”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span>
<b>Pertanyaan:</b><br />
<br />
Assalamu’alaikum. Saya mau bertanya mengapa di dalam Al Qur`an Allah terkadang menyebutkan dirinya dengan menggunakan kata ganti tunggal (Aku) dan terkadang juga menggunakan kata ganti jamak (Kami) sedangkan jelas bahwasanya Allah itu hanya satu? Jazakumullahu khairan. Wassalamu’alaikum.<br />
<br />
<b>Jawaban:</b><br />
<a name='more'></a><br />
Wa’alaikumussalam warahmatullah.<br />
<br />
Penggunaan kata ganti jamak yaitu “Kami” untuk Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al Qur`an bermakna sebagai pengagungan Allah terhadap diri-Nya sendiri dan <b>bukan</b> bermakna bahwasanya Allah itu lebih dari satu karena Allah ta'ala telah menegaskan di dalam Al Qur`an bahwasanya Dia itu adalah tunggal dan tidak ada duanya. Allah ta'ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Katakanlah: “Dia-lah Allah yang Ahad (Maha Esa). Allah adalah tumpuan segala sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.”</i> [QS Al Ikhlash: 1-4]<br />
<br />
Contoh penggunaan kata ganti jamak ini sangat banyak terdapat di dalam Al Quran, salah satu contohnya adalah perkataan Allah kepada nabi Musa <b>صلى الله عليه وسلم</b> :<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">قَالَ كَلَّا فَاذْهَبَا
بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Allah berkata kepada Musa: “Janganlah takut, pergilah kalian berdua dengan membawa tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Kami bersama kalian mendengarkan (apa yang mereka katakan).”</i> [QS Asy Syu’ara: 15]<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-6284699254480978672012-08-14T15:36:00.002+07:002013-07-31T13:45:15.655+07:00Jenis-Jenis Hajrul Qur`an (Tidak Mengacuhkan Al Quran) <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَقَالَ الرَّسُولُ
يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Berkatalah Rasul: "Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan."</i> [QS Al Furqan: 30]<br />
<br />
Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang maksud dari kalimat (<b>مَهْجُورًا</b>) “tidak mengacuhkan Al Qur`an” dari perkataan beberapa ulama Islam.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam kitab Tafsirnya (6/108):</b><br />
<br />
“Apabila dibacakan Al Qur`an kepada mereka, maka mereka akan membuat gaduh dan percakapan tentang hal lain agar mereka tidak mendengarnya. Ini adalah salah satu bentuk hajr (tidak mengacuhkan) Al Qur`an. Tidak mempelajari dan menghafalnya termasuk bentuk tidak mengacuhkannya. Tidak beriman kepadanya dan membenarkannya termasuk bentuk tidak mengacuhkannya. Tidak merenungkan dan memahaminya termasuk bentuk tidak mengacuhkannya. Tidak mengamalkannya, melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangannya termasuk bentuk tidak mengacuhkannya. Berpaling dari Al Qur`an kepada yang lain seperti syair, pendapat (manusia), lagu, permainan, perkataan (manusia), atau jalan yang diambil dari selain Al Qur`an juga termasuk bentuk tidak mengacuhkannya.<br />
<br />
Kita memohon kepada Allah -Al Karim (Yang Maha Mulia), Al Mannan (Yang Maha memberi anugerah), Al Qadir (Yang Maha Mampu) atas segala yang dikehendaki-Nya- agar menyelamatkan kita dri segala hal yang bisa membuat-Nya benci dan memudahkan kita kepada segala hal yang diridhai-Nya yaitu menghafalkan kitab-Nya, memahaminya, dan mengamalkan segala konsekuensinya sepanjang malam dan siang, dengan cara yang dicintai dan diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia itu Karim (Maha Mulia) lagi Wahhab (Maha Pemberi).” Selesai penukilan kalam beliau rahimahullah.<br />
<br />
<b>2. Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah berkata di dalam kitab Al Fawaid (hal.82):</b><br />
<br />
“Faidah: Hajrul (tidak mengacuhkan) Al Qur`an ada beberapa macam. Pertama: Tidak mau menyimaknya, beriman kepadanya, dan memperdulikannya. Kedua: Tidak mengamalkannya dan mematuhi perkara halal dan haramnya meskipun dia membacanya dan beriman kepadanya. Ketiga: Tidak menjadikannya sebagai sumber hukum dan tidak berhukum kepadanya dalam perkara-perkara pokok agama dan cabang-cabangnya. Keempat: Tidak merenungkan dan memahami maknanya. Kelima: Tidak mencari kesembuhan dan berobat dengannya untuk mengobati segala penyakit dan racun hati.” Selesai penukilan kalam beliau dengan perubahan seperlunya.<br />
<br />
<b>3. Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata:</b><br />
<br />
“Atas dasar ini maka kami katakan: Hajrul Qur`an itu ada dua jenis: Pertama: Tidak membacanya. Kedua: Tidak mengamalkannya, dan inilah hal yang berbahaya.” Selesai penukilan kalam beliau dengan perubahan seperlunya dari kitab Liqoatul Babil Maftuh (28/6).<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-68504936532683627122012-08-07T15:34:00.003+07:002013-08-12T06:49:46.786+07:00Tiga Golongan Umat Muhammad صلى الله عليه وسلم<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Fathir ayat 32:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">ثُمَّ أَوْرَثْنَا
الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ
وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ
هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang bersegera berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah keutamaan yang amat besar.”</i><br />
<a name='more'></a><br />
Di dalam ayat ini Allah ta’ala telah membagi umat Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> kepada tiga golongan:<br />
<br />
a. <b>Golongan yang menganiaya diri mereka sendiri.</b> Mereka ini adalah orang-orang yang suka meninggalkan kewajiban dan melaksanakan perkara yang diharamkan oleh Allah, namun mereka masih digolongkan ke dalam golongan orang yang beriman.<br />
<br />
b. <b>Golongan yang menengah.</b> Mereka ini selalu berusaha untuk melaksanakan segala apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya.<br />
<br />
c. <b>Golongan yang berlomba kepada kebaikan.</b> Mereka adalah orang-orang yang selalu berusaha untuk melaksanakan segala apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya. Selain itu mereka juga meninggalkan segala perkara yang dimakruhkan dan bahkan meninggalkan beberapa perkara yang hukumnya mubah (diperbolehkan).<br />
<br />
Berkaitan dengan golongan ketiga, Allah menyebutkan kalimat (<b>بِإِذْنِ اللَّهِ</b>) yang artinya dengan izin Allah. Maknanya adalah bahwa setiap amal kebaikan dan ketaatan yang kita lakukan semuanya adalah <b>taufiq </b>(bimbingan) , <b>hidayah </b>(petunjuk) , dan <b>ma’unah </b>(pertolongan) dari Allah ta’ala kepada kita agar kita selalu bersyukur dan tidak pernah merasa angkuh dan tinggi hati karena amalan-amalan yang kita lakukan melebihi dari amalan orang lain.<br />
<br />
Pembagian tiga kategori ini hanya berlaku untuk umat Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> saja dan<b> tidak berlaku untuk umat-umat sebelumnya</b>. Adapun pada umat-umat terdahulu, mereka hanya terbagi kepada dua kategori saja, yaitu golongan yang menganiaya diri mereka sendiri dan golongan yang menengah saja, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">مِنْهُمْ أُمَّةٌ
مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Di antara mereka ada golongan yang pertengahan dan kebanyakan mereka sangatlah buruk perbuatan mereka.”</i> [QS Al Maidah: 66]<br />
<br />
Hal ini menunjukkan atas keutamaan umat Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> di atas umat-umat yang terdahulu, sebagaimana firman Allah ta’ala:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">كُنْتُمْ خَيْرَ
أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ
خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”</i> [QS Ali Imran: 110]<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-59796595353085815102012-03-05T14:21:00.003+07:002013-06-13T11:56:12.500+07:00Tafsir Surat Al 'Alaq 1-5<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">اقْرَأْ بِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Artinya: <i>“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”</i><br />
<a name='more'></a><br />
Seorang alim tafsir yang bernama Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya yang berjudul “Tafsirul Qur`anil ‘Azhim” : “Ayat Al Qur`an yang paling pertama turun adalah ayat-ayat mulia yang memiliki berkah ini. Ayat-ayat ini adalah rahmat pertama yang mana dengannya Allah merahmati para hamba dan merupakan kenikmatan pertama yang Allah berikan kepada mereka.<br />
<br />
Di dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan tentang awal mula penciptaan manusia adalah dari segumpal darah. Di antara kemurahan Allah ta’ala adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal yang tidak mereka ketahui. Lalu Allah mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu. Ilmu inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.<br />
<br />
Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Tulisan selalu berkaitan dengan dua hal lainnya, tidak sebaliknya. Oleh karena itu Allah berfirman:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 27px; line-height: 31px;">اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ</span><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 27px; line-height: 31px;"><br /></span>
Di dalam sebuah atsar disebutkan:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">قيدوا العلم بالكتابة</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.” </i>[Riwayat Al Hakim (1/106) dari Umar bin Khaththab dan Anas bin Malik secara mauquf. Atsar ini shahih]<br />
<br />
Di dalam atsar yang lain:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">من عمل بما علم رزقه
الله علم ما لم يكن يعلم</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan memberinya ilmu yang tidak diketahuinya sebelumnya.”</i> [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Hilyatul Auliya`]<br />
<br />
Selesai penukilan kalam Ibnu Katsir rahimahullah.<br />
<br />
Seorang alim tafsir yang lainnya yaitu Imam Asy Syaukani berkata di dalam kitab tafsirnya yang berjudul Fathul Qadir: “Makna (<b>الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ</b>) adalah mengajarkan tulisan kepada manusia dengan perantara alat tulis. Dengan perantara itu dia akan mampu untuk mengetahui segala tulisan.<br />
<br />
Az Zajjaj berkata: “Mengajarkan manusia tulisan dengan alat tulis.”<br />
<br />
Qatadah berkata: “Alat tulis merupakan nikmat yang besar dari Allah ‘azza wa jalla. Kalau bukan karena alat tulis, tidak akan tegak agama dan tidak akan bagus kehidupan ini.”<br />
<br />
Lalu Imam Asy Syaukani berkata: “Allah juga telah mengingatkan akan keutamaan ilmu tulisan karena ia mengandung manfaat yang besar yang tidak bisa mengetahui (seluruh manfaat)-nya kecuali Dia saja.<br />
<br />
Tidaklah ilmu-ilmu dibukukan, hukum-hukum dikumpulkan, sejarah dan perkataan orang-orang masa dahulu diteliti, dan kitab-kitab Allah yang diturunkan melainkan (semuanya) dengan tulisan. Kalau bukan karena adanya tulisan, maka tidak akan tegak perkara agama, begitupula urusan dunia.”<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-60972152211449416192012-02-20T12:01:00.000+07:002013-08-02T22:52:56.244+07:00Jumlah Ayat Al Quran<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<b>Pertanyaan:</b><br />
<br />
Ada ulama yang mengatakan bahwa jumlah ayat di dalam Al Quran adalah 6666 ayat. Ketika saya menghitung ulang jumlah ayat yang ada di dalam mushaf ternyata jumlah ayatnya tidak demikian. Bagaimanakah penjelasan tentang hal ini?<br />
<br />
<b>Jawaban:</b><br />
<a name='more'></a><br />
Para ulama Quran bersepakat bahwa jumlah ayat Al Quran mencapai angka 6000 ayat. Namun mereka berselisih tentang jumlah ayat dalam Al Quran secara pastinya. Ada yang mengatakan jumlahnya 6204, ada yang mengatakan 6214, adapula yang mengatakan 6219, ada yang 6225, 6236, dll. Adapun yang mengatakan bahwa jumlah ayatnya sebanyak 6666 adalah Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu.<br />
<br />
Penyebab perbedaan ini -wallahu a'lam- mungkin disebabkan karena pada masa dahulu Al Qur`an itu belum memiliki tanda-tanda waqaf, batas ayat, dan batas juz sehingga para ulama berijtihad dalam menentukan batas-batas ayat. Perbedaan ijtihad ulama dalam menentukan batas ayat inilah yang menimbulkan perbedaan jumlah ayat Al Qur`an. Wallahu a'lam.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-67839771845479434802012-02-17T15:03:00.001+07:002013-07-01T22:16:23.487+07:00Keutamaan Membaca Al Qur`an (Bagian Kedua)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Kita lanjutkan kembali <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2012/02/keutamaan-membaca-al-quran-bagian.html">pembahasan yang lalu</a> mengenai beberapa keutamaan membaca Al Qur`an berdasarkan hadits-hadits nabawi yang shahih, dengan harapan agar bisa menjadi motivator bagi kita untuk lebih giat lagi membaca kitab suci kita ini dan menjadikannya sebagai kegiatan kita sehari-hari.<br />
<br />
<b>4.</b> Orang yang membaca dan mengamalkan Al Qur`an di dalam kehidupan sehari-hari adalah termasuk dari orang-orang yang pantas untuk ditiru.<br />
<a name='more'></a><br />
Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">لَا حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ
رَجُلٌ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">آتَاهُ
اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ
مَالًا فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Tidak boleh iri kecuali terhadap dua jenis manusia: (Yang pertama adalah) orang yang telah diberikan ilmu Al Qur`an oleh Allah lalu dia mengamalkannya sepanjang malam dan sepanjang siang. (Yang kedua adalah) orang yang telah diberikan harta oleh Allah lalu dia menafkahkannya sepanjang malam dan sepanjang siang.”</i> [HR Al Bukhari (5025) dan Muslim (815)]<br />
<br />
Yang dimaksud dengan dengki di atas adalah iri positif (ghibthoh) yang artinya dia mendambakan dirinya agar bisa menjadi seperti orang tersebut, dengan tanpa menginginkan hilangnya kelebihan tersebut dari orang tadi. Adapun iri negatif (hasad/dengki) artinya dia mendambakan dirinya agar bisa menjadi seperti orang tersebut, dengan menginginkan hilangnya kelebihan tersebut dari orang tadi.<br />
<br />
<b>5.</b> Membaca satu huruf dari Al Qur`an mendapatkan sepuluh pahala. Semakin banyak yang kita baca maka semakin banyak pula pahala yang diperoleh.<br />
<br />
Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">من قرأ حرفا من كتاب
الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف</span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span> <span dir="RTL" lang="AR-SA">ولام حرف وميم
حرف</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL" lang="AR-SA"><br /></span></span></div>
<i>“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur`an) maka dia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dijadikan sepuluh kali lipatnya. Saya tidak mengatakan “Alif Laam Miim” itu satu huruf, akan tetapi “Alif” itu satu huruf, “Laam” satu huruf, dan “Miim” satu huruf.”</i> [HR At Tirmidzi (2910). Hadits shahih]<br />
<br />
<b>6.</b> Semakin banyak huruf dan ayat yang dibaca, semakin tinggi pula kedudukan dan kemuliaan orang yang membacanya.<br />
<br />
Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتق ورتل كما
كنت ترتل في الدنيا فإن منزلك عند</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">آخر</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">آية
تقرؤها</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>“Dikatakan kepada orang yang membaca Al Qur`an: Bacalah, naiklah/meningkatlah, dan bacalah dengan baik dan benar (tartil) sebagaimana dahulu kamu melakukannya ketika di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu berdasarkan ayat terakhir yang kamu baca.”</i> [HR Abu Daud (1464) dan At Tirmidzi (2914). Hadits hasan]<br />
<br />
Masih ada keutamaan dan manfaat lain dari membaca Al Qur`an. Kami cukupkan sampai di sini.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب
العالمين<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4211036325217663077.post-35525798851017668632012-02-17T14:48:00.001+07:002013-07-01T22:16:07.756+07:00Keutamaan Membaca Al Qur`an (Bagian Pertama)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Bulan Ramadhan adalah bulan turunnya Al Qur`an. Jika pada bulan tersebut kita banyak membaca Al Qur`an maka hendaknya kebiasaan tersebut kita lanjutkan pada bulan-bulan selain Ramadhan -minimal sehari sekali- karena besarnya keutamaan dan pahala yang terkandung di dalam amalan ibadah yang satu ini.<br />
<br />
Berikut ini akan kami sebutkan beberapa keutamaan dari membaca Al Qur`an beserta dengan dalil-dalilnya yang shahih.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1.</b> Al Qur`an bisa menjadi pemberi syafaat bagi orang yang membaca dan mengamalkannya pada hari kiamat kelak.<br />
<br />
a. Dalilnya adalah hadits Abu Umamah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">اقرؤوا القرآن فإنه
يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>"Bacalah Al Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya."</i> [HR Muslim (804)]<br />
<br />
b. Dalil lainnya adalah hadits An Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">يؤتى بالقرآن يوم القيامة وأهله الذين
كانوا يعملون به تقدمه سورة البقرة</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وآل عمران</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>"Akan didatangkan pada hari kiamat Al Qur`an dan orang-orang yang membacanya yang mereka itu dulu beramal dengannya ketika di dunia, dipimpin oleh surat Al Baqarah dan Alu Imran." </i>[HR Muslim (805)]<br />
<br />
<b>2. </b>Orang yang lancar membaca Al Qur`an dan orang yang tidak lancar membacanya, kedua-duanya tetap akan mendapatkan pahala dari membacanya.<br />
<br />
Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">الماهر بالقرآن مع</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">السفرة الكرام البررة والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له
أجران</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>"Orang yang membaca Al Qur`an dan dia pandai membacanya maka dia akan bersama para malaikat yang mulia dan berbakti. Adapun orang yang membacanya Al Qur`an dan tidak lancar membacanya dan berat baginya maka dia akan mendapatkan dua pahala."</i> [HR Muslim (798)]<br />
<br />
<b>3.</b> Orang yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur`an adalah orang yang paling mulia.<br />
<br />
Dalilnya adalah hadits Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">خَيْرُكُمْ مَنْ
تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<i>"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya."</i> [HR Al Bukhari (5027)]<br />
<br />
Semoga keterangan di atas bisa membangkitkan semangat kita semua untuk membaca Al Qur`an setiap harinya. Untuk membaca kelanjutannya, silakan membuka <a href="http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2012/02/keutamaan-membaca-al-quran-bagian-kedua.html">bagian kedua</a>.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب
العالمين<o:p></o:p></span></div>
</div>
Dakwah Islamhttp://www.blogger.com/profile/03134910325257944357noreply@blogger.com