Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Senin, 18 November 2013

Wajibnya Meyakini Kekufuran Kaum Kafir dan Agama Mereka

بسم الله الرحمن الرحيم

Di antara perkara akidah dan manhaj yang mulai terlupakan oleh sebagian kaum muslimin adalah wajibnya mengkafirkan kaum kafir yang telah jelas kekufurannya, baik dari golongan Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen), kaum musyrikin, orang-orang murtad, ataupun golongan yang sejenis dengan mereka. Apabila telah jelas kekafiran mereka di dalam Al Qur`an dan as sunnah, maka wajib bagi kita -selaku muslim- untuk ikut meyakini kekufuran mereka dengan tegas.

Masalah ini sangatlah penting karena barangsiapa yang tidak meyakini kekufuran mereka maka berarti dia telah terjatuh ke dalam kekufuran pula, meskipun dia mengaku beragama Islam. Sebabnya adalah karena tauhid itu barulah sempurna jika terdiri dari dua unsur pokok. Unsur yang pertama adalah beriman hanya kepada Allah ta’ala, dan unsur yang kedua adalah mengingkari kekufuran. Jika salah satu dari kedua unsur ini tidak ada pada seseorang, maka keimanan dan tauhidnya belum lagi benar.

Berikut ini kami sampaikan beberapa dalil dan atsar yang menerangkan tentang wajibnya mengkafirkan orang-orang kafir dan agama mereka.

1. Firman Allah ta’ala:

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى

“Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” [QS Al Baqarah: 256]

2. Firman Allah ta’ala:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekafiran) kalian. Telah nyata di antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja.” [QS Al Mumtahanah: 4]

3. Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم :

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاّ اللّهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللّهِ، حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللّهِ

“Barangsiapa yang berkata “Laa ilaaha illallah” dan dia mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya, dan perhitungan amalnya kembali kepada Allah.” [HR Muslim (23)]

4. Perkataan Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah:

“Oleh karena ini, kami mengkafirkan orang yang beragama dengan selain agama kaum muslimin, atau diam terhadap mereka (tidak mengkafirkan), atau ragu (akan kekafiran mereka), atau membenarkan jalan mereka, meskipun dia bersamaan dengan itu menampakkan Islam dan meyakini batilnya seluruh agama selainnya (Islam). Dia kafir karena dia telah menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan hal tersebut.” [Kitab Asy Syifa (2/281)]

Berikut ini kami sebutkan beberapa pernyataan-pernyataan yang mengandung makna pengakuan dan pembenaran terhadap kaum kafir dan agama mereka. Sangat disayangkan bahwa ternyata yang sering mengucapkan pernyataan seperti ini adalah orang yang mengaku beragama Islam. Contohnya adalah:

a. Ucapan: “Sesungguhnya kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah pemeluk agama samawi (agama para nabi) dan mereka memiliki ijtihad untuk menentukan agama pilihan mereka.”

b. Ucapan: “Siapa yang ingin memeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Islam, dia bebas untuk melakukannya.”

c. Ucapan: “Perbedaan di dalam memilih agama adalah sama seperti perbedaan kaum muslimin di dalam memilih mazhab. Semuanya sama-sama bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.”

d. Ucapan: “Semua agama memiliki persamaan, yaitu menyeru umatnya kepada kebaikan. Oleh karena itu tidak ada perbedaan antaragama.”

e. Ucapan: “Saya tidak (mau) tahu apakah mereka itu kafir atau bukan kafir.” Ucapan ini dalam konteks dia merasa tidak acuh dan tidak perduli, bukan karena dia tidak tahu hakikat bahwa mereka adalah kafir.

Dengan pembahasan ini, maka kita dapat mengetahui kebatilan dan kesesatan yang seruan dan propaganda yang digembar-gemborkan oleh sebagian pihak untuk melakukan penyatuan antaragama, melakukan pendekatan antaragama, ataupun seruan kebebasan memilih agama karena semua ini adalah bentuk sikap tidak mengkafirkan kaum kafir dan agama selain Islam.

Sekali lagi kami ulangi, sangat disayangkan bahwa ternyata yang sering mengucapkan pernyataan-pernyataan dan menyebarkan ideologi seperti ini adalah orang-orang dan pihak-pihak yang mengaku beragama Islam dengan kedok ingin membawa perubahan di dalam Islam dan penyesuaian terhadap perkembangan zaman.

Tidakkah mereka menyadari bahwa ucapan seperti ini bisa membawa mereka keluar dari keislaman mereka kepada kekufuran dan membuat mereka terjatuh ke dalam neraka. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ والمغرب

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang tidak dipikirkan akibatnya, membuat dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya sejauh timur dan barat.” [HR Al Bukhari (6477) dan Muslim (2988) dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.]

Di dalam riwayat yang lain disebutkan:

وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai Allah dan dia tidak memperdulikannya, membuat dia dihempaskan ke dalam neraka Jahannam.” [HR Al Bukhari (6478)]

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menepatkan diri kita di atas jalan-Nya yang lurus dan melindungi dari ketergelinciran yang dapat membawa kita kepada kemurkaan dan siksa-Nya. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik pemberi petunjuk.

والحمد لله رب العالمين

Sumber: Tulisan di atas kami sarikan dari kitab penjelasan (syarh) terhadap kitab Nawaqidhul Islam karya Syaikh Abdul ‘Aziz Ar Rajihi dan Abdul ‘Aziz Ath Tharifi hafizhahumallah.

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !