بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya mau bertanya. Sebenarnya bolehkah kita merasa iri ketika melihat orang lain mendapatkan nilai yang lebih bagus dari kita? Kalau tidak, bagaimana cara menghilangkan rasa seperti itu karena saya susah sekali menghadapi hal seperti ini, sepertinya lelah sekali. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh wamaghfiratuh.
Jawaban atas pertanyaan anda adalah sebagai berikut. Dalam hal ini, yaitu iri terhadap kelebihan atau kenikmatan yang dimiliki orang lain, ada dua keadaan :
1. Jika rasa hasad (iri) tersebut berupa rasa dengki dan anda menginginkan agar kenikmatan dan kelebihan yang ada pada diri teman anda itu hilang dan beralih kepada anda, maka hal ini hukumnya adalah haram. Rasa hasad seperti adalah negatif.
Allah ta’ala berfirman:
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى
مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
Di dalam ayat yang lain Allah berfirman:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ
اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا
وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
2. Jika yang dimaksud dengan hasad (iri) di sini adalah anda juga menginginkan kelebihan yang ada pada teman anda sebagaimana dia memilikinya, akan tetapi dengan tanpa mengharapkan agar kelebihan yang ada pada teman anda hilang darinya, maka hal ini diperbolehkan.
Hal seperti ini dinamakan dengan ghibthah (iri yang positif). Jika hal yang diirikan dalam perkara dunia, hukumnya adalah mubah (boleh). Adapun jika hal yang diirikan itu adalah perkara kebaikan dan ketaatan, maka hukumnya adalah mustahab atau dianjurkan agar kita saling berlomba di dalam kebaikan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي
اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ
اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ
مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ
اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ
مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي
اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي
الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Di dalam hadits Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا حسد إلا في اثنتين رجل آتاه
الله القرآن فهو يقوم به أناء الليل وآناء النهار ورجل آتاه الله مالا فهو ينفقه
آناء الليل وآناء النهار
Demikianlah penjelasan mengenai hasad yang dilarang dan hasad yang diperbolehkan di dalam agama Islam.
وبالله التوفيق
Jumlah tampilan:
Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !