Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Jumat, 04 Januari 2013

Kisah Si Penderita Kusta, Si Botak, dan Si Buta

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya (3464) dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya (2964) meriwayatkan sebuah kisah dari jalur Hammam, dari Ishaq bin Abdillah, dari Abdurrahman bin Abi ‘Amrah, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bercerita (yang artinya):

Ada tiga orang dari Bani Israil: seorang penderita kusta, seorang yang botak karena rontok rambutnya, dan seorang buta. Allah ‘azza wa jalla ingin menguji mereka, maka Allah mengutus kepada mereka seorang malaikat.

Lalu malaikat tersebut mendatangi si penderita kusta. Malaikat bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Warna kulit yang bagus dan kulit yang bagus. Orang-orang telah merasa jijik terhadapku.” Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut sehingga sembuhlah penyakitnya, warna kulitnya menjadi bagus, dan kulitnya menjadi bagus. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Unta.” Lalu dia diberikan seekor unta betina yang tengah hamil. Malaikat berkata: “Semoga engkau mendapatkan berkah pada unta tersebut.”

Kemudian malaikat pergi mendatangi orang yang botak dan bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Rambut yang bagus dan hilangnya kebotakan ini. Orang-orang telah merasa jijik terhadapku.” Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut sehingga sembuhlah penyakitnya dan diberikan rambut yang bagus. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Sapi.” Lalu malaikat itu memberikan seekor sapi betina yang tengah hamil kepadanya. Malaikat berkata: “Semoga engkau mendapatkan berkah pada sapi tersebut.”

Kemudian malaikat pergi mendatangi orang yang botak dan bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Allah mengembalikan kepadaku penglihatanku sehingga aku bisa melihat manusia.” Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut dan Allah mengembalikan kepadanya penglihatannya. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Kambing.” Lalu malaikat itu memberikan seekor kambing betina yang tengah hamil kepadanya.

Setelah itu, beranaklah unta,sapi, dan kambing tersebut sehingga si penderita kusta memiliki unta yang sangat banyak, si kepala botak memiliki sapi yang sangat banyak, dan si buta memiliki kambing yang sangat banyak pula.

Beberapa waktu kemudian, datanglah malaikat itu kembali kepada si penderita kusta (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata: “Aku ini adalah orang miskin dan perbekalanku telah habis dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat membantuku untuk melanjutkan perjalananku pada hari ini kecuali dengan pertolongan Allah setelah itu dengan pertolongan anda. Aku meminta kepadamu -demi Yang telah memberikan kepadamu warna kulit yang bagus, kulit yang bagus, dan harta- seekor unta agar aku dapat melanjutkan kembali perjalananku.”

Si penderita kusta itu menjawab: “Sesungguhnya orang yang menjadi tanggunganku banyak.” Malaikat itu berkata: “Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah engkau dahulu menderita penyakit kusta sehingga orang-orang menjauhimu dan engkau dahulu miskin, lalu Allah memberikan kesembuhan dan harta kepadamu?” Orang itu menjawab: “Harta ini semuanya aku warisi dari orang tuaku dari kakekku.” Malaikat berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang dahulu.”

Kemudian malaikat itu mendatangi si botak (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata kepadanya seperti apa yang dia katakan kepada si penderita kusta, dan si botak menolak dengan perkataan yang sama seperti apa yang dikatakan oleh si penderita kusta. Malaikat berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang dahulu.”

Setelah itu, malaikat itu mendatangi si buta (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata: “Aku ini adalah orang miskin dan perbekalanku telah habis dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat membantuku untuk melanjutkan perjalananku pada hari ini kecuali dengan pertolongan Allah setelah itu dengan pertolongan anda. Aku meminta kepadamu -demi Yang telah mengembalikan kepadamu penglihatanmu- seekor kambing agar aku dapat melanjutkan kembali perjalananku.”

Lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku. Maka silakan ambil apa yang engkau inginkan.  Demi Allah, hari ini aku tidak akan membebani dirimu dengan apapun yang engkau ambil karena Allah.” Malaikat tadi menjawab: “Simpanlah hartamu ini. Sebenarnya kalian itu sedang diuji oleh Allah. Allah telah ridha terhadapmu dan marah terhadap dua temanmu yang lain.”

--------------------------------

Demikianlah kisah ini berakhir. Pesan utama yang terkandung dari kisah ini adalah wajibnya kita mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan cara:

a. menyandarkan datangnya nikmat itu dari Allah subhanahu wa ta’ala semata, dan meyakininya dengan sepenuh hati.

b. memuji Allah dengan lisan kita atas nikmat yang telah Dia diberikan kepada kita.

c. menggunakan kenikmatan tersebut pada ketaatan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah ta’ala.

d. membagikan sebagian dari kenikmatan itu kepada orang-orang selain kita dengan jalan zakat, infak, dan sedekah.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu pandai mensyukuri segala nikmat-Nya dan memaafkan segala kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri kita. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

والحمد لله رب العالمين

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !