Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Jumat, 31 Agustus 2012

Berbakti Kepada Orang Tua yang Kafir

بسم الله الرحمن الرحيم

Kita telah pernah membahas tentang masalah berbakti kepada kedua orang tua. Lantas, bagaimana bila kedua orang tua kita atau salah satunya beragama dengan agama selain Islam? Dalam masalah ini, syariat Islam telah memberikan petunjuk yang jelas dan tegas. Seorang muslim tetap diwajibkan untuk berbakti kepada orang tuanya yang masih kafir dan menyambung tali silaturahmi dengan mereka. Dalilnya adalah hadits Asma bintu Abi Bakr radhiallahu ‘anha, dia bercerita:

قَدَمت أمي وهي مشركة في عهد قريش إذ عاهدوا، فأتيتُ النبي صلى الله عليه وسلم فقلت: يا رسول الله، إن أمي قدمت وهي راغبة، أفأصلها؟ قال: نعم، صلي أمك

“Ibuku datang (ke tempatku) -dan dia adalah seorang musyrik- pada masa perjanjian damai antara suku Quraisy dan Nabi صلى الله عليه وسلم . Lalu aku mendatangi Nabi صلى الله عليه وسلم dan bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku datang dan dia ingin bertemu denganku. Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengannya?” Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: “Ya, sambunglah silaturahmi dengannya.” [HR Al Bukhari (2620) dan Muslim (1003)]

Namun ketaatan kepada orang tua yang masih kafir hanya terbatas kepada perkara-perkara yang diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan syariat. Apabila mereka memerintahkan kepada perkara yang dilarang oleh syariat maka tidak boleh untuk mentaatinya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” [QS Luqman: 15]

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لا طاعة في معصية الله، إنما الطاعة في المعروف

“Tidak boleh taat (kepada makhluk) dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya taat (kepada makhluk) itu hanyalah dalam perkara kebaikan.” [HR Al Bukhari (7257) dan (1840)]

Demikianlah tuntunan syariat Islam di dalam masalah pergaulan dengan orang tua yang berada di dalam kekufuran, yaitu wajib bagi seorang anak yang muslim untuk berbakti dan menyambung silaturahmi dengan mereka sepanjang mereka tidak menyeru kepada perkara yang dilarang oleh Allah ‘azza wa jalla.

وبالله التوفيق

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !