Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Jumat, 17 Februari 2012

Pembahasan Seputar Iman (Bagian Pertama)

بسم الله الرحمن الرحيم

Kita akan membahas kali ini beberapa permasalahan mengenai iman. Perlu bagi kita untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan iman. Iman adalah pengucapan dengan lisan, meyakini dengan hati, dan mengamalkan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah kekuatannya dengan melakukan ketaatan dan bisa berkurang dengan melakukan kemaksiatan.

1. Dalil bahwasanya iman itu harus diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الإيمان بضع وستون شعبة فأفضلها قول لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان

“Iman itu terdiri dari enam puluh sekian cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan “Laa ilaha illallah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sifat malu adalah salah satu dari cabang-cabangnya iman.” [HR Al Bukhari (9) dan Muslim (35)]

Hadits ini mengandung contoh iman yang harus diucapkan dengan lisan yaitu ucapan syahadat “Laa ilaha illallah”. Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah contoh perbuatan dengan tangan, dan sifat malu dari berbuat dosa adalah contoh dari perbuatan dengan hati.

2. Dalil bahwasanya iman itu harus diyakini di dalam hati di antaranya adalah:

a. Firman Allah ta’ala:

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Bertawakkallah kalian hanya kepada Allah saja, jika kalian adalah benar-benar orang yang beriman.” [QS Al Maidah: 23]

Di dalam ayat ini Allah menjadikan syarat kesempurnaan iman seorang mukmin adalah dengan bertawakkal hanya kepada Allah semata, dan tawakkal adalah amalan hati.

b. Hadits Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika ditanya oleh malaikat Jibril ‘alaihis salam mengenai iman beliau menjawab:

أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال صدقت

“(Iman adalah) engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.” Lalu Jibril berkata: “Anda benar.” [HR Muslim (8)]

Hadits ini menyebutkan perkara-perkara yang harus diyakini oleh seorang muslim di dalam hatinya.

Untuk membaca bagian kedua, tekan di sini.

والحمد لله رب العالمين

Sumber: Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Al Mabadi`ul Mufidah karya Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri hafizhahullah.

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !