Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Rabu, 13 November 2013

Wajibnya Berlepas Diri dari Pelaku Kesyirikan

بسم الله الرحمن الرحيم

Salah satu hal yang wajib untuk diketahui oleh setiap muslim adalah bahwasanya tidak cukup bagi kita untuk hanya mengingkari agama kufur dan syirik. Akan tetapi kita juga diharuskan untuk mengingkari para pelaku atau penganut kekufuran dan kesyirikan tersebut. Banyak kita jumpai di kalangan kaum muslimin yang mereka itu mengaku benci terhadap agama selain Islam, namun mereka masih tetap mencintai orang-orang kafir pemeluk agama selain Islam.

Oleh karena ini, maka kami akan mencoba  menukilkan beberapa dalil yang menerangkan tentang wajibnya atas kita untuk mengingkari dan berlepas diri dari para pelaku kekufuran dan kesyirikan.

1. Firman Allah ta’ala:

وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Aku tidaklah termasuk golongan orang-orang yang musyrik.” [QS Yusuf: 108]

Di dalam ayat ini Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم telah menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa dirinya berlepas diri dari kaum musyrik.

2. Firman Allah ta’ala:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلَّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam teladan yang taat kepada Allah dan hanif, dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” [QS An Nahl: 120]

Hanif maknanya orang yang mengikuti agama yang haq dan menjauhkan diri dari setiap agama yang batil.

3. Firman Allah ta’ala:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah Dia termasuk golongan orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” [QS An Nahl: 123]

Ayat di atas menerangkan tentang wajibnya berlepas diri (bara`) dari kaum musyrikin yaitu dengan memutuskan rasa cinta, kasih sayang, saling tolong-menolong di dalam agama, dan membela kekufuran mereka karena mereka adalah musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.

4. Firman Allah ta’ala:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekafiran) kalian. Telah nyata di antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja.” [QS Al Mumtahanah: 4]

Di dalam ayat di atas, Nabi Ibrahim ‘alaihish shalatu was salam tidak hanya mengingkari kesyirikan, akan tetapi juga berlepas diri para pelaku kesyirikan.

5. Firman Allah ta’ala:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka.” [QS Al Mujadilah: 22]

Ayat di atas menerangkan bahwa sekalipun orang yang melakukan kesyirikan dan kekufuran itu adalah keluarga dan kerabat terdekat dengan kita, kita tetap wajib untuk berlepas diri dari mereka.

6. Firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia yang kalian sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang.” [QS Al Mumtahanah: 1]

Ayat di atas melarang kita untuk menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dekat karena mereka adalah musuh Allah dan kaum muslimin.

6. Firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” [QS Al Maidah: 51]

Ayat ini menerangkan bahwa barangsiapa yang menjadikan kaum musyrikin sebagai teman dekat dan anutan mereka, maka berarti dia telah termasuk ke dalam golongan mereka.

7. Firman Allah ta’ala:

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا

“Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” [QS Al Baqarah: 256]

Ayat di atas berisi perintah untuk mengingkari thagut. Thaghut ada lima jenis, yaitu: Iblis la’natullah ‘alaihi, orang yang rela untuk disembah, orang yang menyerukan penyembahan terhadap dirinya, orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib, dan orang yang berhukum dengan selain hukum Allah. Demikian disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah.

والحمد لله رب العالمين

Sumber: Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab di dalam kitab I’anatul Mustafid (1/103-104) karya Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan rahimahullah.

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !