Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Minggu, 19 Februari 2012

Waktu Mustajab pada Hari Jum'at

بسم الله الرحمن الرحيم

Pada hari Jum’at ada suatu waktu yang mustajab untuk berdoa, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bercerita tentang hari Jum'at:

فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

“Pada hari itu ada suatu waktu, tidaklah seorang muslim yang sedang menunggu shalat lalu dia berdoa kepada Allah meminta kebaikan kecuali pasti akan dikabulkan untuknya.” Beliau memberi isyarat dengan jarinya yang menunjukkan akan sebentarnya waktu tersebut. [HR Al Bukhari (935) dan Muslim (852)]

Dalam menentukan kapan waktu mustajab tersebut para ulama berselisih ke dalam beberapa pendapat. Namun pendapat yang terkuat ada dua. Pendapat pertama menyatakan bahwa waktu tersebut adalah ketika khatib duduk di antara dua khutbah. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa waktu itu adalah setelah shalat Ashar hingga tenggelamnya matahari. Mari kita menganalisa dalil kedua pendapat ini.

Dalil Golongan Pertama:

Hadits Abu Burdah dari bapaknya Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi  صلى الله عليه وسلم  bersabda:

هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة

“Ia (waktu mustajab pada hari Jum’at) di antara duduknya imam sampai ditunaikannya shalat.” [HR Muslim (853)]

Hadits ini memang diriwayatkan oleh Muslim. Namun Ad Daraquthni di dalam kitab At Tatabbu’ mengatakan bahwa hadits itu sebenarnya adalah perkataan Abu Burdah, bukan perkataan Rasulullah صلى الله عليه وسلم (munqathi' dan bukan marfu'). Yang merafa’kan (mengangkat) hadits ini sampai kepada Rasulullah adalah Makhramah bin Bukair saja. Sedangkan para perawi lain dari Abu Burdah meriwayatkannya hanya sampai kepada Abu Burdah.

Kesimpulannya hadits di atas tidak bisa dijadikan hujjah (pegangan) karena bukan bersumber dari Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  (munqathi’).

Dalil Golongan Kedua:

Ada beberapa hadits, kami sebutkan dua saja.

1. Dari Abdullah bin Salam radhiallahu ‘anhu, bahwasanya dia bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم tentang waktu mustajab pada hari Jum’at, lalu Ibnu Mas’ud yang duduk bersama mereka menjawab: “Pada akhir siang (petang).” [HR Ibnu Majah (1139). Hadits hasan]

Meskipun yang menjawab ini adalah Ibnu Mas'ud, tetapi ucapan ini diucapkan di hadapan Nabi صلى الله عليه وسلم dan beliau tidak mengingkarinya, menunjukkan bahwasanya hal ini adalah benar. Kemungkinan Ibnu Mas'ud sebelumnya sudah pernah mendapatkan ilmu tentang ini dari Nabi صلى الله عليه وسلم .

2. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر

“Carilah ia pada akhir waktu setelah shalat Ashar.” [HR Abu Daud (1048). Hadits hasan]

Kesimpulannya adalah bahwa waktu mustajab doa pada hari Jum’at adalah pada petang harinya dimulai dari setelah shalat Ashar hingga terbenamnya matahari. Kedua hadits di atas ditambah hadits-hadits lain yang semakna dengan ini bisa dijadikan sebagai hujjah (pegangan) dikarenakan sanadnya yang hasan.

Waktu mustajab setelah Ashar hari Jum’at ini juga dirajihkan oleh Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Thawus, Imam Ahmad, Ibnul Qayyim, dan Asy Syaukani. Wallahu a'lam.

وبالله التوفيق

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !