Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Selasa, 15 Juli 2014

Dosa Syirik dan Kufur Bisa Terampuni (Bagian Pertama)

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketahuilah bahwasanya segala dosa betapapun besar dan banyaknya dapat diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala, termasuk di dalamnya dosa syirik ataupun kufur. Jika ada yang bertanya: “Bukankah Allah hanya mengampuni dosa-dosa selain syirik saja dan tidak mengapuni dosa syirik, sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” [QS An Nisa: 48] ?

Maka jawabannya adalah bahwa ayat ke-48 dari surat An Nisa berlaku bagi orang yang semasa hidupnya melakukan kesyirikan kepada Allah dan dia tidak bertaubat darinya sebelum datangnya masa sakaratul maut ataupun kematian. Adapun jika dia sempat bertaubat kepada Allah dari perbuatan syiriknya sebelum datangnya ajal, maka dia diampuni oleh Allah ta’ala.

Ada banyak dalil, baik dari Al Qur`an dan hadits yang menunjukkan bahwa kesyirikan dan kekufuran itu bisa terampuni jika pelakunya bertaubat sebelum datangnya sakaratul maut. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Firman Allah ta’ala:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (17) وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya, dan Allah itu ‘Alim (Maha mengetahui) lagi Hakim (Maha Bijaksana). Tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” [QS An Nisa`: 17-18]

Ayat di atas menerangkan bahwa taubat yang diterima adalah yang dilakukan sebelum datangnya kematian. Adapun jika seseorang baru bertaubat dari kekafirannya ketika ajal sudah menghampirinya, maka taubatnya tidak diterima.

2. Firman Allah ta’ala:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Al Ghafur (Yang Maha Pengampun) lagi Ar Rahim (Yang Maha memberikan rahmat).” [QS Az Zumar: 53]

Ayat ini menerangkan kepada orang-orang yang telah menganiaya diri mereka dengan banyak berbuat dosa untuk tidak berputus asa mengharapkan pengampunan dari Allah karena Dia mengampuni semua dosa, termasuk syirik, jika mereka bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya.

3. Firman Allah ta’ala:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Pemberi rahmat.” [QS An Nisa`: 110]

Di antara bentuk menganiaya diri sendiri adalah dengan melakukan kesyirikan karena syirik merupakan kezhaliman yang paling besar sebagaimana firman Allah ta’ala:

لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Janganlah engkau menyekutukan (sesuatu) dengan Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang paling besar.” [QS Luqman: 13]

4. Firman Allah ta’ala:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada ilah (sesembahan) selain dari Ilah yang esa (Allah). Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapakah mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya, dan Allah itu Ghafur (Maha Pengampun) lagi Rahim (Maha Pemberi rahmat).” [QS Al Maidah: 73-74]

Ayat ini mengandung seruan kepada kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari tiga Tuhan yang disembah (trinitas) agar mereka segera bertaubat dari kesyirikan dan kekufuran mereka ini sebelum siksaan yang pedih mendatangi mereka dan taubat mereka tidak lagi diterima oleh Allah.

5. Firman Allah ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (161) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu, tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” [QS Al Baqarah: 161-162]

Pemahaman yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa jika orang-orang yang kafir semasa hidupnya lalu mati dalam keadaan telah beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan kekafirannya maka dia tidak lagi mendapatkan laknat dan siksa dari Allah ta’ala.

Masih banyak lagi dalil-dalil yang menerangkan bahwa kesyirikan dan kekufuran itu akan terampuni bila pelakunya bertaubat darinya dan memohon ampun kepada Allah sebelum kematian mendatanginya. Insya Allah kita lanjutkan pada bagian kedua. Silakan baca di sini.

والحمد لله رب العالمين

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !