بسم الله الرحمن الرحيم
Ka’b ibnul Asyraf adalah salah satu tokoh Yahudi Madinah pada masa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Dia adalah seorang ahli syair yang sangat sering menghina kaum muslimin dengan syair-syairnya dan membicarakan kaum wanita muslimat. Melihat kerasnya permusuhan dan gangguan yang dilakukan oleh Ka’b maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya.
Pada suatu hari di bulan Rabiul Awal tahun 3 H, Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada para sahabatnya: “Siapakah yang bersedia untuk membunuh Ka’b ibnul Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya!”
Lalu bangunlah seorang sahabat yang bernama Muhammad bin Maslamah dan bertanya: “Apakah anda mau saya yang membunuhnya?” Nabi menjawab: “Ya.” Muhammad berkata: “Kalau begitu, izinkanlah saya untuk membuat suatu tipu muslihat.” Nabi menjawab: “Lakukanlah!”
Maka pergilah Muhammad bin Maslamah bersama teman-temannya bertemu dengan Ka’b ibnul Asyraf. Sambil berpura-pura mengeluh, dia berkata kepada Ka’b: “Wahai Ka’b, sesungguhnya lelaki ini -yaitu Nabi Muhammad- telah meminta kami untuk membayar zakat, dan dia telah membebani kami dengan hal ini. Maksud aku datang ke sini adalah untuk meminta pinjaman darimu.”
Ka’b ibnul Asyraf berkomentar: “Demi Allah, lama-kelamaan pastilah engkau akan semakin membencinya!”
Muhammad bin Maslamah berkata: “Sesungguhnya kami telah mencoba untuk mengikuti agamanya dan kami belum berkehendak untuk meninggalkannya sampai kami melihat bagaimana perkembangannya nanti. Sekarang, kami memohon agar engkau bersedia meminjamkan kepada kami satu atau dua wasq saja.”
“Baiklah, aku akan meminjamkannya kepada kalian. Akan tetapi, kalian harus memberikan jaminan kepadaku.” jawab Ka’b memberi syarat. “Jaminan apa yang engkau inginkan?” tanya Muhammad.
“Jaminkan wanita-wanita yang kalian miliki!” Kata Ka’b. Muhammad berkata: “Bagaimana mungkin kami menjaminkan wanita-wanita kami sedangkan engkau adalah orang Arab yang paling gagah?”
“Kalau begitu, serahkan kepadaku anak laki-laki kalian!” ujar Ka’b. Muhammad menolak: “Tidaklah mungkin kami menjadikan anak laki-laki kami sebagai jaminan karena kami nanti akan dicela oleh kaum kami. Mereka akan mencemooh: ‘hanya demi satu atau dua wasq kalian tega menjadikan anak laki-laki kalian sebagai jaminan.’ Ini sungguh memalukan bagi kami.”
“Begini saja. Kami akan memberikan senjata-senjata kami sebagai jaminannya.” tawar Muhammad kepada Ka’b. Akhirnya Ka’b setuju dengan tawaran tersebut dan mereka bersepakat menentukan waktu pertemuan, yaitu pada malam hari.
Pada malam yang telah ditentukan, datanglah Muhammad bin Maslamah bersama dengan Abu Nailah (saudara sesusuan Ka’b), Al Harits bin Aus, Abu ‘Abs bin Jabr, dan ‘Abbad bin Bisyr ke benteng Ka’b ibnul Asyraf.
Ketika Ka’b hendak keluar menjumpai mereka, istrinya berkata: “Hendak kemana engkau pada jam segini?” Ka’b menjawab: “Jangan khawatir, aku hendak menemui Muhammad bin Maslamah dan saudaraku Abu Nailah.”
Istrinya merasa gelisah dan khawatir: “Sepertinya aku mendengar suara darah menetes.”
Ka’b mencoba menenangkan istrinya: “Jangan takut, mereka adalah saudaraku Muhammad bin Maslamah dan saudara sesusuanku Abu Nailah. Sesungguhnya seorang yang mulia jika diajak bertemu pada malam hari maka dia akan bersedia.”
Sementara itu di luar istana, Muhammad bin Maslamah berkata kepada teman-temannya: “Apabila Ka’b datang menjumpai kita, aku akan memegang kepalanya lalu menciumnya. Apabila kalian melihat aku telah menguasai kepalanya maka mendekatlah kalian lalu bunuhlah dia!”
Tak lama kemudian muncullah Ka’b ibnul Asyraf. Aroma harum tercium dari tubuhnya.
Muhammad berkata: “Aku tidak pernah mencium aroma yang lebih harum daripada aroma ini.” Dia berpura-pura memuji Ka’b. Dengan angkuh Ka’b menjawab: “Aku memiliki wanita Arab yang paling harum.” Muhammad berkata: “Apakah engkau mengizinkanku untuk mencium rambutmu?” Ka’b menjawab: “Ya, silakan.”
Lalu Muhammad mencium kepala Ka’b. Ketika dia sudah memegang kepalanya, berkatalah Muhammad kepada teman-temannya: “Mendekatlah kalian!” Lalu mereka membunuh Ka’b ibnul Asyraf. Setelah itu mereka melaporkan kejadian itu pada Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
---------------------------------
Demikianlah akhir perjalanan hidup Ka’b ibnul Asyraf Al Yahudi, seseorang yang telah menegakkan permusuhan terhadap Allah, rasul-Nya, agama-Nya, dan kaum muslimin.
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (4037) dan Muslim (1801) dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu. Kisah di atas telah mengalami perubahan seperlunya oleh penulis dengan tujuan agar lebih mudah dipahami tanpa merubah jalan cerita yang terkandung di dalam lafazh hadits yang asli.
Ka’b ibnul Asyraf adalah salah satu tokoh Yahudi Madinah pada masa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Dia adalah seorang ahli syair yang sangat sering menghina kaum muslimin dengan syair-syairnya dan membicarakan kaum wanita muslimat. Melihat kerasnya permusuhan dan gangguan yang dilakukan oleh Ka’b maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya.
Pada suatu hari di bulan Rabiul Awal tahun 3 H, Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada para sahabatnya: “Siapakah yang bersedia untuk membunuh Ka’b ibnul Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya!”
Lalu bangunlah seorang sahabat yang bernama Muhammad bin Maslamah dan bertanya: “Apakah anda mau saya yang membunuhnya?” Nabi menjawab: “Ya.” Muhammad berkata: “Kalau begitu, izinkanlah saya untuk membuat suatu tipu muslihat.” Nabi menjawab: “Lakukanlah!”
Maka pergilah Muhammad bin Maslamah bersama teman-temannya bertemu dengan Ka’b ibnul Asyraf. Sambil berpura-pura mengeluh, dia berkata kepada Ka’b: “Wahai Ka’b, sesungguhnya lelaki ini -yaitu Nabi Muhammad- telah meminta kami untuk membayar zakat, dan dia telah membebani kami dengan hal ini. Maksud aku datang ke sini adalah untuk meminta pinjaman darimu.”
Ka’b ibnul Asyraf berkomentar: “Demi Allah, lama-kelamaan pastilah engkau akan semakin membencinya!”
Muhammad bin Maslamah berkata: “Sesungguhnya kami telah mencoba untuk mengikuti agamanya dan kami belum berkehendak untuk meninggalkannya sampai kami melihat bagaimana perkembangannya nanti. Sekarang, kami memohon agar engkau bersedia meminjamkan kepada kami satu atau dua wasq saja.”
“Baiklah, aku akan meminjamkannya kepada kalian. Akan tetapi, kalian harus memberikan jaminan kepadaku.” jawab Ka’b memberi syarat. “Jaminan apa yang engkau inginkan?” tanya Muhammad.
“Jaminkan wanita-wanita yang kalian miliki!” Kata Ka’b. Muhammad berkata: “Bagaimana mungkin kami menjaminkan wanita-wanita kami sedangkan engkau adalah orang Arab yang paling gagah?”
“Kalau begitu, serahkan kepadaku anak laki-laki kalian!” ujar Ka’b. Muhammad menolak: “Tidaklah mungkin kami menjadikan anak laki-laki kami sebagai jaminan karena kami nanti akan dicela oleh kaum kami. Mereka akan mencemooh: ‘hanya demi satu atau dua wasq kalian tega menjadikan anak laki-laki kalian sebagai jaminan.’ Ini sungguh memalukan bagi kami.”
“Begini saja. Kami akan memberikan senjata-senjata kami sebagai jaminannya.” tawar Muhammad kepada Ka’b. Akhirnya Ka’b setuju dengan tawaran tersebut dan mereka bersepakat menentukan waktu pertemuan, yaitu pada malam hari.
Pada malam yang telah ditentukan, datanglah Muhammad bin Maslamah bersama dengan Abu Nailah (saudara sesusuan Ka’b), Al Harits bin Aus, Abu ‘Abs bin Jabr, dan ‘Abbad bin Bisyr ke benteng Ka’b ibnul Asyraf.
Ketika Ka’b hendak keluar menjumpai mereka, istrinya berkata: “Hendak kemana engkau pada jam segini?” Ka’b menjawab: “Jangan khawatir, aku hendak menemui Muhammad bin Maslamah dan saudaraku Abu Nailah.”
Istrinya merasa gelisah dan khawatir: “Sepertinya aku mendengar suara darah menetes.”
Ka’b mencoba menenangkan istrinya: “Jangan takut, mereka adalah saudaraku Muhammad bin Maslamah dan saudara sesusuanku Abu Nailah. Sesungguhnya seorang yang mulia jika diajak bertemu pada malam hari maka dia akan bersedia.”
Sementara itu di luar istana, Muhammad bin Maslamah berkata kepada teman-temannya: “Apabila Ka’b datang menjumpai kita, aku akan memegang kepalanya lalu menciumnya. Apabila kalian melihat aku telah menguasai kepalanya maka mendekatlah kalian lalu bunuhlah dia!”
Tak lama kemudian muncullah Ka’b ibnul Asyraf. Aroma harum tercium dari tubuhnya.
Muhammad berkata: “Aku tidak pernah mencium aroma yang lebih harum daripada aroma ini.” Dia berpura-pura memuji Ka’b. Dengan angkuh Ka’b menjawab: “Aku memiliki wanita Arab yang paling harum.” Muhammad berkata: “Apakah engkau mengizinkanku untuk mencium rambutmu?” Ka’b menjawab: “Ya, silakan.”
Lalu Muhammad mencium kepala Ka’b. Ketika dia sudah memegang kepalanya, berkatalah Muhammad kepada teman-temannya: “Mendekatlah kalian!” Lalu mereka membunuh Ka’b ibnul Asyraf. Setelah itu mereka melaporkan kejadian itu pada Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
---------------------------------
Demikianlah akhir perjalanan hidup Ka’b ibnul Asyraf Al Yahudi, seseorang yang telah menegakkan permusuhan terhadap Allah, rasul-Nya, agama-Nya, dan kaum muslimin.
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (4037) dan Muslim (1801) dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu. Kisah di atas telah mengalami perubahan seperlunya oleh penulis dengan tujuan agar lebih mudah dipahami tanpa merubah jalan cerita yang terkandung di dalam lafazh hadits yang asli.
والحمد لله رب العالمين