بسم الله الرحمن الرحيم
Kita telah pernah membahas tentang masalah berbakti kepada kedua orang tua. Lantas, bagaimana bila kedua orang tua kita atau salah satunya beragama dengan agama selain Islam? Dalam masalah ini, syariat Islam telah memberikan petunjuk yang jelas dan tegas. Seorang muslim tetap diwajibkan untuk berbakti kepada orang tuanya yang masih kafir dan menyambung tali silaturahmi dengan mereka. Dalilnya adalah hadits Asma bintu Abi Bakr radhiallahu ‘anha, dia bercerita:
“Ibuku datang (ke tempatku) -dan dia adalah seorang musyrik- pada masa perjanjian damai antara suku Quraisy dan Nabi صلى الله عليه وسلم . Lalu aku mendatangi Nabi صلى الله عليه وسلم dan bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku datang dan dia ingin bertemu denganku. Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengannya?” Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: “Ya, sambunglah silaturahmi dengannya.” [HR Al Bukhari (2620) dan Muslim (1003)]
Namun ketaatan kepada orang tua yang masih kafir hanya terbatas kepada perkara-perkara yang diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan syariat. Apabila mereka memerintahkan kepada perkara yang dilarang oleh syariat maka tidak boleh untuk mentaatinya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” [QS Luqman: 15]
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Tidak boleh taat (kepada makhluk) dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya taat (kepada makhluk) itu hanyalah dalam perkara kebaikan.” [HR Al Bukhari (7257) dan (1840)]
Demikianlah tuntunan syariat Islam di dalam masalah pergaulan dengan orang tua yang berada di dalam kekufuran, yaitu wajib bagi seorang anak yang muslim untuk berbakti dan menyambung silaturahmi dengan mereka sepanjang mereka tidak menyeru kepada perkara yang dilarang oleh Allah ‘azza wa jalla.
Kita telah pernah membahas tentang masalah berbakti kepada kedua orang tua. Lantas, bagaimana bila kedua orang tua kita atau salah satunya beragama dengan agama selain Islam? Dalam masalah ini, syariat Islam telah memberikan petunjuk yang jelas dan tegas. Seorang muslim tetap diwajibkan untuk berbakti kepada orang tuanya yang masih kafir dan menyambung tali silaturahmi dengan mereka. Dalilnya adalah hadits Asma bintu Abi Bakr radhiallahu ‘anha, dia bercerita:
قَدَمت أمي وهي مشركة
في عهد قريش إذ عاهدوا، فأتيتُ النبي صلى الله عليه وسلم فقلت: يا رسول الله، إن
أمي قدمت وهي راغبة، أفأصلها؟ قال: نعم، صلي أمك
Namun ketaatan kepada orang tua yang masih kafir hanya terbatas kepada perkara-perkara yang diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan syariat. Apabila mereka memerintahkan kepada perkara yang dilarang oleh syariat maka tidak boleh untuk mentaatinya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ
عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا طاعة في معصية
الله، إنما الطاعة في المعروف
Demikianlah tuntunan syariat Islam di dalam masalah pergaulan dengan orang tua yang berada di dalam kekufuran, yaitu wajib bagi seorang anak yang muslim untuk berbakti dan menyambung silaturahmi dengan mereka sepanjang mereka tidak menyeru kepada perkara yang dilarang oleh Allah ‘azza wa jalla.
وبالله التوفيق