بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Namun tahukah anda ternyata kewajiban ini ditetapkan secara bertahap? Berikut ini adalah tahapannya.
Pertama: Kewajiban menjalankan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم dahulu memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada tanggal tersebut, sebagaimana yang disebutkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، فَلَمَّا فُرِضَ
رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Kedua: Penetapan puasa Ramadhan dengan pilihan boleh berpuasa atau boleh membayar fidyah bila tidak ingin berpuasa.
Allah ta’ala berfirman:
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ
فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ
تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Ketiga: Pewajiban puasa Ramadhan tanpa adanya pilihan lagi.
Allah ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Syekh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam rahimahullah berkata di dalam kitab “Taudhihul Ahkam” (3/443): “Hikmah dari tahapan pensyariatan (puasa) ini adalah karena puasa merupakan hal yang berat bagi diri, oleh karena itu diwajibkan sedikit demi sedikit.”
والحمد لله رب العالمين